Makam Raden Saleh dan Jejak Sukarno di Tanah Bangsawan Sunda

makam raden saleh di jl pahlawan gang raden saleh bogor (4)
Makam Raden Saleh di Jalan Pahlawan, Gang Radeng Saleh, Kampung Gede, Bogor. (Foto: Silvia Galikano)

 

Bagian pertama dari rangkaian tulisan tentang Raden Saleh.

Oleh Silvia Galikano

Hari ini (23/4) bertepatan dengan 136 tahun Raden Saleh wafat.  Maestro lukis Indonesia kelahiran 1811 itu tutup usia pada 23 April 1880 dan dimakamkan di Bogor.

Sebagaimana haul tahun-tahun yang lain, hanya ada acara sederhana di sini. Beberapa seniman dan pengagum Raden Saleh berkumpul sejak pukul 9 pagi untuk tabur bunga dan berdoa, dilanjutkan diskusi ringan di saung kompleks makam.

Letak makam Raden Saleh masuk ke dalam gang, kira-kira 50 meter dari mulut gang di Jalan Pahlawan. Penandanya hanyalah tulisan kecil penunjuk arah “Makam Rd Saleh”, itu pun tersembunyi di balik gapura gang. Namun, jangan khawatir, sopir angkot tahu sekali tempat ini, tinggal pesankan untuk berhenti di Gang Raden Saleh.

makam raden saleh di jl pahlawan gang raden saleh bogor (2)
Letak makam Raden Saleh masuk ke dalam gang, kira-kira 50 meter dari mulut gang di Jl. Pahlawan. (Foto: Silvia Galikano)

Kompleks makam terawat baik, bersih, dengan pohon-pohon berusia muda dan bangku-bangku beton tempat beristirahat. Makam Raden Saleh dan istrinya, Raden Ayu Danurejo, berada paling depan, dengan dinding sebagai pembatas dengan makam lainnya.

Di dinding itu tertulis “Makam Raden Saleh Sjarif Bustaman. Lahir di Semarang kira-kira tahun 1813/1814, wafat di Bogor tanggal 23 April 1880. Dibangun kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia tanggal 7 September 1953.”

Menurut keluarga besar Raden Saleh, maestro itu kelahiran 1811.

makam raden saleh di jl pahlawan gang raden saleh bogor (5)
Makam Raden Saleh (kanan, dekat dinding) dan istrinya, Raden Ayu Danurejo. (Foto: Silvia Galikano)

Menariknya, Raden Saleh yang pernah punya puri sangat indah di Cikini (sekarang RS PGI Cikini di Jalan Raden Saleh, Jakarta) yang halamannya demikian luas hingga dijadikan kebun binatang (sekarang jadi Taman Ismail Marzuki), dimakamkan di tanah wakaf orang lain.

Ya, Makam Raden Saleh di Jalan Pahlawan, Gang Radeng Saleh, Kampung Gede, Bogor sebenarnya adalah makam keluarga Raden Panoeripan, seorang bangsawan Sunda.

Raden Saleh bersahabat dengan Raden Panoeripan, sehingga keluarga Raden Panoeripan memberi tempat bagi Raden Saleh dan istri, yang wafat tiga bulan kemudian, untuk dimakamkan di sini. Makam Raden Panoeripan sendiri masih ada, berada tepat di balik makam Raden Saleh dan istri.

Baca juga Tribute untuk Sang Maestro

Makam Raden Saleh dan istri sempat bertahun-tahun terlupakan dan “hilang”. Hingga pada 1923 ditemukan kembali dalam keadaan tertutup ilalang tinggi.

Makam pelukis Raden Saleh dan istrinya di kampung Bondangan Buitenzorg 1935 kitlv - kol halim sutrisno
Makam Raden Saleh dan istri pada 1935. (Dok. KITLV)

Mas Adoeng, jururawat makam saat itu, bahkan tak menyadari di sebelah barat rumahnya terdapat makam orang besar. Setelah dibabat ilalangnya, baru tampak dua makam tersebut. Batu nisan dari marmer pun dibersihkannya.

Atas perintah Presiden Sukarno, kompleks makam ini dipugar. Pelaksananya arsitek F. Silaban yang juga merancang Makam Pahlawan Kalibata dan Masjid Istiqlal, Jakarta. Pemugaran rampung pada September 1953.

“Tolong rawat baik-baik,” pesan Bung Karno kepada Mas Adoeng, seperti tertulis di dinding kompleks makam.

isun sunarya
Isun Sunarya (kanan, berpeci), jururawat Makam Raden Saleh. (Foto: Silvia Galikano)

Proklamator itu terbilang sering berziarah ke sini. Bersama ajudan, dia singgah dalam perjalanan dari atau ke Istana Batutulis, Bogor. Bung Karno adalah pencinta seni dan pengagum karya-karya Raden Saleh

“Tadinya ada 40 makam di sini. Oleh Bung Karno dibatasi hanya boleh 14, termasuk eyang Raden Saleh dan istri. Sisa jenazah yang lain kemudian dikumpulkan dan dimakamkan jadi satu. Tak boleh ada penambahan lagi,” ujar Isun Sunarya, Juru Pelihara Situs Kompleks Makam Raden Saleh dan keturunan Raden Panoeripan saat dijumpai di kompleks makam, Sabtu (23/4).

Salah satu keluarga besar Raden Panoeripan yang Sabtu pagi itu datang ke acara haul adalah Elly Ibrahim Basalmah. R. Panoeripan adalah eyang buyutnya dari garis ayah. Suami Elly, Ibrahim Basalmah, adalah tokoh seniman lukis Bogor; sedangkan mertuanya, Oemar Basalmah, adalah salah satu perintis seni lukis modern Indonesia.

Baca juga Perkara Pelik Lukisan Palsu

Elly Ibrahim Basalmah
Elly Ibrahim Basalmah. (Foto: Silvia Galikano)

Rumah masa kecil Elly di depan makam Raden Saleh. Ke pemakaman ini Elly kecil biasa berangin-angin jika udara Bogor terasa panas. Setiap naik kelas, dia nyekar. Kadang ikut mengecat makam bersama jururawat makam yang dia panggil “Engkong Adoeng”.

Semasa kecilnya pula Elly menyaksikan pada malam-malam tertentu ada rombongan datang ke makam, membawa tikar dan bermalam. Sekarang, ritual ini sudah tak dia jumpai lagi.

Dari ayahnya, Elly mendapat cerita, Bung Karno selalu mencopot sepatu terlebih dahulu sebelum ke makam Raden Saleh, kemudian menghormat. “Selain peduli pada seni, Bung Karno sangat percaya tradisi,” ujar Elly tentang kebiasaan Bung Karno.

“Dulu, bapak saya masih menyimpan foto Bung Karno, Bu Fatmawati, dan Bu Megawati masih kecil waktu ke sini. Sekarang tidak tahu lagi di mana foto itu.”

Bersambung ke Arti Bogor bagi Raden Saleh.

***
Dimuat di CNNIndonesia.com, 23 April 2016

 

2 Replies to “Makam Raden Saleh dan Jejak Sukarno di Tanah Bangsawan Sunda”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.