Warisan Ternama di Pecinan Jakarta

Glodok adalah Pecinan-nya Jakarta, tempatnya makanan enak dan legendaris, bangunan-bangunan tua bersejarah, serta sejumlah kisah menarik orang-orang besar pada masa lalu.

Oleh Silvia Galikano

Geger Pecinan, Adrian van der Laan
Geger Pecinan 1740 digambar Adrian van der Laan (1690-1742).

Orang-orang Tionghoa diperkirakan sudah datang ke Batavia sejak sebelum abad ke-7. Mereka tinggal tak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa, sebelah timur muara Ciliwung, menjual arak, beras, dan air minum bagi pendatang yang singgah di pelabuhan.

Belum ada tembok Batavia (masa pembangunan 1621 – 1650), bahkan Belanda belum membangun Batavia, 1619. Namun ketika Belanda membangun loji di tempat itu, mereka pun diusir.

Setelah tembok Batavia berdiri, masyarakat Tionghoa bebas keluar masuk dan tinggal di dalam kota. Baru setelah terjadinya pembantaian orang Tionghoa di Batavia (9-22 Oktober 1740), orang-orang Tionghoa ditempatkan di luar tembok, wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Glodok.

Baca juga Jalan Leluhur Rumah Kopi Semarang

Kopi Es Tak Kie

Jl. Pintu Besar Selatan 3 No. 4-6, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Buka pukul 6.30 hingga 14.00.

Kopi Es Tak Kie
Kopi Es Tak Kie di Gang Gloria, Pancoran, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano, 2018)

Minuman yang dijual adalah kopi hitam dan kopi susu, dengan es atau tanpa es. Biji kopinya campuran Robusta dan Arabika dari Lampung, Toraja, dan Sidikalang yang digiling sendiri menggunakan mesin tradisional.

Selain menu andalan nasi campur dan nasi tim, ada pula pioh (sup labi-labi atau bulus berbumbu tauco) yang khusus untuk sarapan. Benar-benar pagi.  Hanya tersedia dari kedai buka, pukul 6.30, dan sekitar pukul 8 dipastikan habis.

Baca juga Rumah Dua Langgam di Lereng Sindoro-Sumbing

Bakmi Amoy

Jl. Pintu Besar Selatan 3, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Buka pukul 6.30 hingga 15.00

Warung bakmi populer ini berada di Gang Gloria, hanya lima langkah dari Kedai Es Kopi Tak Kie. Menurut pelanggannya, terenak dibanding bakmi lain.

Nama warungnya “Amoy”, namun karena menu terkenalnya adalah bakmi, maka tempat ini lebih dikenal dengan sebutan Bakmi Amoy. Ci Amoy, sang pemilik, selalu ada di tempat, membuat siomay sambil sesekali memberi arahan kepada karyawannya.

Satu porsi Bakmi Amoy terdiri dari mi kecil yang diberi topping daging cincang, jamur, sawi serta semangkuk kecil kuah sup. Tersedia juga pangsit goreng, bakso goreng, dan lumpia goreng sebagai hidangan pendamping.

Selain bakmi, Amoy juga menyediakan siomay, nasi campur, nasi tim, nasi ayam, nasi hainam, kwetiau bakso, dan bihun pangsit.

Baca juga Kapitan Tionghoa dan Cerita Seruas Jalan

Apotheek Chung Hwa

Jl. Pancoran Raya No.4-6, Glodok, Tamansari, RT.9/RW.5, Pinangsia, Tamansari, Kota Jakarta Barat
Buka pukul 07.00 hingga 21.00

Jalan Pancoran Raya, Jakarta Barat sejak 1930-an adalah pusat pengobatan tradisional Tiongkok, terbesar dan terlengkap di Indonesia. Ada puluhan toko obat di sepanjang jalan ini, di lapak tepi jalan, di rumah-toko, di kios Pasar Glodok, hingga di dalam Chandra Building Shopping Centre. Ada yang hanya menjual obat, ada pula yang juga menyediakan jasa sinshe.

Salah satu toko obat yang sempat berjaya adalah Apotheek Chung Hwa, didirikan pada 1928, berada di “gerbang Pecinan” ujung Jalan Pancoran. Sempat berganti nama , antara lain menjadi Apotik Glodok pada 1950-an, dan pernah pula satu bangunan itu disekat-sekat menjadi lima toko. Gedung  yang awalnya seluas 400 meter persegi pun tinggal 218 meter persegi akibat pelebaran jalan.

Pada 2014 gedung bekas Apotheek Chung Hwa itu direvitalisasi dan mulai 2016 difungsikan sebagai rumah teh dan restoran masakan Tionghoa bernama Pantjoran Tea House.

Baca juga Langgam Eklektik Hotel Trio Solo

Kuo Tieh Santung 68

Jalan Pancoran, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.
Buka dari pukul 11.00 hingga 19.00.

Proses melipat dan memasak kuo tieh di teras restoran menjadi atraksi yang menarik. Kulit pangsit diisi daging babi, udang, sayur, dan daun bawang; digoreng dengan minyak sedikit di atas wajan datar besi tebal, lantas disiram kuah.

Satu porsi berisi 10 buah kuotieh yang dimakan bersama saus siap pakai atau meracik sendiri. Jika ingin saus racikan sendiri, di meja tersedia bawang putih cincang, cuka, minyak wijen, dan saus sambal.

Baca juga Daroessalam, Rumah Gula di Pasuruan

Tay Seng Ho

Tay Seng Ho
Toko obat Tay Seng Ho di antara toko-toko obat lain di Jalan Pancoran, Jakbar. (Foto: Silvia Galikano, 2018)

Jalan Pancoran nomor 28, Tamansari, Jakarta Barat
Tlp 08111764628
Buka pukul 09.00 hingga 13.00

Dari sejumlah toko obat yang berdiri di seruas Jalan Pancoran, Jakarta Barat, toko obat Tay Seng Ho terbilang paling ramai. Dua sinshe bergantian, berseling hari.

Setelah memeriksa pasien, sinshe akan merespkan obat-obatan yang akan diracik “apoteker” di bagian depan. Tak ada tarif khusus untuk sinshe, seikhlas pasien saja. Sedangkan untuk obat, yang umumnya diimpor dari Tiongkok, sudah ada tarifnya.

Baca juga OLVEH dan Jeniusnya Schoemaker

Gado-gado Direksi

Gloria Foodcourt, Jalan Pintu Besar Selatan 1, Tamansari, Jakarta Barat
Buka pukul 09.30 hingga 16.30 setiap hari, kecuali Minggu dan hari besar.

Apa yang membuat Gado-gado Direksi istimewa? Saus (sambal kacang) yang diulek menjadi sangat halus, bertekstur lembut, kental, dan creamy.

Rasanya pedas, manis, asam, dan asin. Legit. Tanpa kacang mede, hanya kacang tanah dari Tuban yang butirnya kecil dan rasanya manis.

Resep inilah yang digunakan Sie Man Tjauw (Sinta Dewi) sejak mulai berjualan gado-gado di Glodok, 50 tahun lampau, dan dipertahankan hingga kini.

Baca juga Surat-surat untuk Kwee Ing Lay (3)

Ko Tang Barber Shop

Ko Tang
Pemangkas rambut Ko Tang di Gang Gloria, Pancoran, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano, 2018)

Jl. Pintu Besar Selatan 3 No. 10, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Buka tiap hari dari pukul 8.00 hingga 16.00. Hari libur nasional terkadang juga tetap buka.

Sudah sejak 1936 Ko Tang berdiri di sini dengan tak sedikit pelanggan fanatik. Selain pangkas rambut, Ko Tang juga menyediakan layanan membersihkan telinga.

Suasana kekeluargaan dari seluruh karyawan menjadikan konsumen datang lagi dan lagi. Ko Tang juga konon memiliki peruntungan sendiri dan menularkan peruntungan itu ke pelanggannya.

Baca juga Sinis yang Nyamleng

Rumah Keluarga Souw

Jl Perniagaan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat
Rumah pribadi, bukan tempat umum

Rumah ini konon sudah ada sejak akhir 1700-an atau awal 1800-an, memiliki luas 3000 meter persegi dan beratap ekor walet (yanwei).

Pada masa penjajahan Belanda, keluarga Souw dikenal sebagai keluarga kaya raya, pemilik tanah luas, dan dermawan. Dua anggota keluarga Souw yang terkenal adalah Souw Siauw Tjong dan Souw Siauw Keng.

Souw Siauw Tjong mendirikan sekolah untuk anak-anak bumiputera di tanahnya, membantu orang miskin, serta menyumbang makanan dan bahan bangunan ketika terjadi kebakaran.

Belanda menganugerahi Souw Siauw Tjong gelar Letnan Tionghoa Titulair (Letnan Kehormatan, 1877-1898). Sedangkan Souw Siauw Keng (1849-1917) diangkat menjadi Letnan Tionghoa di Tangerang (1897-1913).

Baca juga Untuk Tanah Lasem

SMAN 19 Jakarta

Jl Perniagaan, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat

SMAN 19, Perniagaan Raya, Jakarta Barat
SMAN 19 di Jalan Perniagaan Raya, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Di sinilah pada 17 Maret 1900 berdiri Tiong Hoa Hwee Koan (THHK – Rumah Perkumpulan Tionghoa), organisasi Tionghoa “modern” pertama di Hindia Belanda.

Tahun berikutnya THHK mendirikan sekolah swasta pertama yang disebut Tiong Hoa Hak Tong (THHT) atau Pa Hoa disusul pembukaan cabang-cabang lain di seluruh Hindia Belanda.

Berdirinya sekolah-sekolah ini merupakan reaksi masyarakat Tionghoa terhadap pemerintah Belanda tak pernah memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.

Baca juga Lasem dalam Potret Hitam Putih

Para murid yang terdiri warga Tionghoa serta pribumi belajar aljabar, aritmatika, adat istiadat, dan budaya Tionghoa. Tak ada tingkatan-tingkatan kelas, semua umur bisa bercampur. Setelah peristiwa September 1965, THHT ditutup pemerintah dan bangunannya diambil alih menjadi SMAN 19 (Cap Kau) Jakarta.

Sekarang masih dapat dilihat plakat di pagar bagian dalam SMAN 19 yang mencantumkan nomor-nomor sertifikat hak milik (verponding) gedung itu menurut hukum Hindia Belanda. Ditilik jumlahnya, kemungkinan dulu bukan satu luasan tanah utuh, melainkan beberapa persil tanah.

Baca juga Rumah Cilame, Jendela Zaman Emas hingga Masa Kelam

Candra Naya

Superblok Green City Square, Jalan Gajah Mada 188 Jakarta Barat
Buka pukul 10.00  hingga 17.30

Candra Naya
Gedung Candra Naya di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Rumah ini adalah kediaman pengusaha dan pemegang saham Bataviaasche Bank, Khouw Kim An, yang kemudian diangkat menjadi mayor Tionghoa (menjabat 1910-1918 dan 1927-1942).

Tidak jelas kapan dibangunnya, bisa 1807, bisa pula 1867.  Pada 1946, ahli waris Khouw Kim An menyewakan rumah tersebut kepada Perkumpulan Sosial Sin Ming Hui yang merupakan bagian Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK), difungsikan sebagai kantor, tempat pelayanan pendidikan, dan kesehatan THHK.

Sin Ming Hui, yang artinya bulan yang menyinari, pada 1965 beralih nama menjadi Perkumpulan Sosial Candra Naya (Tjandra Naja), dan menjadi cikal bakal Universitas Tarumanegara, RS Sumber Waras, dan RS Husada. Pada 1992, Candra Naya dijual kepada Modern Group.

Baca juga Pintu Candra Naya di Rumah Tionghoa Peranakan

Klenteng Toasebio (Cheng Goan Cheng Kun)

Jalan Kemenangan III (dahulu Jalan Toasebio), Glodok, Tamansari, Jakarta Barat

klenteng, Toasebio, Glodok
Klenteng Toasebio, Glodok, Jakarta Barat. (Foto Silvia Galikano).

Pendiri kelenteng ini adalah seorang pedagang di Pasar Glodok, untuk mengenang kedatangan utusan Raja Cheng Goan Cheng Kun dari Tiongkok Selatan ke Glodok. Itu sebab nama klenteng ini Cheng Goan Cheng Kun atau Klenteng Duta Besar.

Saat terjadi pembantaian etnis Tionghoa pada 1740 dan kelenteng ini dibakar massa, benda yang selamat hanyalah patung Cheng Goan Cheng Kun, sekarang disimpan di lantai atas.

Di ruang altar utama terletak sebuah hio-louw (tempat menancapkan hio atau dupa lidi) yang berangka tahun 1751, tertua ke-2 setelah meja sembahyang tahun 1724 di Kelenteng Kim Tek Ie (Jin De Yuan).

Baca juga Rumah Karawaci, Ketika Waktu dan Pilihan Menipis

Vihara Dharma Bhakti (Kim Tek Ie/ Jin De Yuan)

Jalan Kemenangan III (dahulu Jalan Toasebio), Glodok, Tamansari, Jakarta Barat

Vihara Dharma Bhakti, Klenteng Jin De Yuan, Glodok
Vihara Dharma Bhakti,/ Klenteng Jin De Yuan, Glodok. (Foto: Silvia Galikano)

Didirikan Letnan Guo Xun Guan (Kwee Hoen) pada 1650, menjadikan kelenteng ini tertua di Jakarta. Dewi utamanya adalah Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih). Kelenteng ini merupakan kelenteng umum yang memuja berbagai agama, seperti Tao, Khonghucu, dan Buddha.

Awalnya bernama Klenteng Guan Yin Ting (Kwan Im Teng) yang berarti kediaman Guan Yin. Saat peristiwa pembantaian masyarakat Tionghoa pada 1740, hanya patung Dewi Kwan Im yang tersisa. Setelah selesai dipugar, pada 1755, seorang kapiten Tionghoa memberi nama baru Jin De Yuan (Kim Tek Ie) yang berarti “Klenteng Kebajikan Emas”.

Kebakaran yang melahap Vihara Dharma Bhakti pada dini hari 2 Maret 2015, menghanguskan ratusan patung dan gong bersejarah. Bagian depan klenteng sekarang sudah bangunan baru.

Baca juga Rumah Karawaci, Sebelum Tinggal Puing

Gereja Katolik Santa Maria de Fatima

Jalan Kemenangan III no 47, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.

Gereja Santa Maria de Fatima, Glodok
Gereja Santa Maria de Fatima, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Bangunan ini  asalnya kediaman kapiten Tionghoa bermarga Tjioe. Terdiri dari satu bangunan utama beratap ekor walet, dua bangunan samping, dan dua singa batu (shi shi) di halaman depan.

Yayasan yang membawahi Sekolah Ricci membeli rumah tersebut berikut lahannya seluas 1 hektare dari Kapiten Tjioe pada 1953. Gereja ini mampu menampung 600 orang umat. Bangunan kanan digunakan sebagai pastoran, dan kirinya sebagai ruang kelas, namun kemudian menjadi ruang organisasi.

Baca juga Dua Keraton Cirebon di Impitan Dua Budaya Besar

Pada 1970, gereja direnovasi besar-besaran. Lantai dan langit-langit diganti, serta ditempatkannya patung Maria de Fatima yang berasal dari Urtijëi, Italia Utara, dan Hati Kudus Yesus. Selang beberapa waktu kemudian, dipasanglah ukiran kayu dari Italia menggambarkan Yesus disalib bersama dua orang penjahat.

Gereja Santa Maria de Fatima ditetapkan sebagai Cagar Budaya pada 1972 karena arsitekturnya mempertahankan gaya bangunan khas Fukien atau Tiongkok Selatan.

Baca juga Eksotiknya Kuliner Semarangan

Mandarin Book Store

Gedung Chandra, Jl. Pancoran, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat. Telepon 021-6327756
Buka tiap hari, kecuali hari libur Nasional, pukul 10.00 hingga 17.00

Mandarin Book Store
Mandarin Book Store di Jalan Pancoran, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Toko buku berukuran 5×5 meter ini menyediakan buku-buku berbahasa Mandarin, konon terlengkap di Jakarta. Buku latihan menulis karakter Mandarin, buku cerita anak-anak, buku pelajaran bahasa Madarin, novel, biografi, hingga buku-buku kesehatan dijual di sini.

Di dalam toko terpasang karakter Mandarin bertuliskan “Lien Thung Su Chi” yang berarti Toko Buku Lien Thung, nama lain Mandari Book Store.

Pengunjungnya terbanyak adalah anak sekolah, terutama pada awal tahun ajaran, yang mencari buku pelajaran Bahasa Mandarin. Disusul kemudian oleh kanak-kanak yang dibawa orangtuanya yang ingin memperkenalkan bahasa Mandarin, serta kaum sepuh yang mencari buku bertema kesehatan.

Baca juga Lasem dan Harmoni Dua Warna

Lautan Mas 

Jalan Toko Tiga No. 24, Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat. Telepon (021) 6901333
Buka pukul 9.00 hingga 17.00

Lautan Mas
Lautan Mas di Jalan Toko Tiga, Tambora, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Toko Lautan Mas yang menjual peralatan menyelam, pada 1830-an adalah kediaman sekaligus toko tembakau milik saudagar tembakau asal Pekalongan Oey Thoa. Dia pengurus Kongkoan (Dewan Tionghoa) dan menjabat Letnan Tionghoa.

Oey Thoa bersahabat karib dengan Ketua Kongkoan sekaligus Mayor Tionghoa Tan Eng Gan.

Oey Thoa terkenal dermawan. Setiap tanggal 1 dan 15 kalender Tionghoa, ratusan orang miskin telah menanti di tempat Oey Thoa beribadah, Klenteng Kim Tek Ie (Jin De Yuan) di Petaksembilan. Di tanggal-tanggal ini dia akan berderma uang.

Namun nama baik Oey Thoa tak diteruskan puteranya, Oey Tambah Sia (1827-1856). Pengusaha muda yang juga playboy ini menjalankan bisnisnya dengan cara-cara licik, bahkan tak segan-segan menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi lawan bisnisnya.Cara-cara licik ini yang mengakhiri hidup Tambah di tiang gantungan di Taman Fatahillah.

Baca juga Bandar Sibuk Batavia

Pasar Petak Sembilan

Pasar Petaksembilan
Penjual sekba di Pasar Petaksembilan, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Jalan Kemenangan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat 11120
Buka pukul 06.00 hingga 16.00

Pasar Petaksembilan adalah pasar tradisional seperti pasar-pasar lainnya. Ada sayur-mayur dan buah-buahan, ditambah bahan makanan yang umum ada di dapur masyarakat Tionghoa.

Contohnya teripang (timun laut) yang dijual dalam keadaan basah dan kering, katak (swikee), kepiting, kerang, dan cumi-cumi. Ada pula sekba, yakni jeroan babi yang dimasak dengan kecap, dijual dalam panci besar.

Cincau hijau, tape singkong, dan alpukat mentega yang dijual di sini terkenal berkualitas jempolan.

Baca juga Untuk Lasem, Roemah Oei Buka Gerbangnya

Toko Tian Liong

toko tian long, glodok
Toko Tian Long di Jalan Pancoran, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Jl. Pancoran No.17-19 Tamansari, Jakarta Barat 11120. Telepon 021-6291073
Buka pukul 09.00 hingga 18.00

Didirikan pada 1935, Toko Tian Liong, yang khusus menjual peralatan dapur, kini tumbuh menjadi toko kelontong dengan lebih dari 13 ribu barang.

Di lantai dasar dapat dijumpai beragam keperluan rumah tangga, seperti pisau, panci dan wajan; cetakan kue, serta alat-alat saji berbahan aluminium, kaca, dan keramik. Sedangkan di lantai 2 khusus barang-barang berukuran besar untuk keperluan restoran dan hotel.

Selain di Jalan Pancoran, Toko Tian Liong juga ada di Jalan Fatmawati dan di Bali.

Baca juga Bakoel Koffie, Ikhtiar Melanjutkan Garis Kopi

Gang Kalimati

gang kalimati, glodok
Aneka kue dijual di Gang Kalimati, Glodok, Jakarta Barat. (Foto: Silvia Galikano)

Gang Kalimati, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat 11120
Buka pukul 06.00 hingga 16.00

Gang Kalimati berada di sebelah toko perabot Tian Liong, terhubung dengan Pasar Petaksembilan. Di sini berjajar los penjual kue dan makanan berat.

Kue-kue basah seperti kue mangkok, klepon, kue lapis, dan nagasari tersedia lengkap sejak pagi. Menjelang Imlek, yang dijual bertambah dengan tumpukan kue kering dalam stoples dan kue keranjang.

Di gang ini pula terdapat kedai Lao Hoe yang menjual mi belitung dan laksa bogor, serta Kantin Halle yang menjual nasi ulam dan bakmi ayam. 

***

Gereja Santa Maria de Fatima
Di dalam Gereja Santa Maria de Fatima.

17 Replies to “Warisan Ternama di Pecinan Jakarta”

  1. Lengkap sekali daftar tempatnya 🙂
    Dua tahun merantau di Jakarta bar sempat mengunjungi kelenteng Jin De Yuan, Toasebio, Pasar Petaksembilan, dan gereja St. Maria de Fatima. Meski sudah modern, jalan-jalan di situ jadi terbayang suasana masa lalu, yg didapat dari bacaan buku-buku hehe.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.