Bandar Sibuk Batavia

Pelabuhan Sunda Kelapa

Jalan Maritim no 8, Penjaringan, Jakarta Utara

Nama “Sunda Kelapa” yang ditetapkan sebagai nama pelabuhan pada 1974 berasal dari nama pelabuhan kuno Pajajaran, Kalapa, yang sudah ada sejak abad ke-5 milik Kerajaan Tarumanegara, dan enam abad kemudian berpindah tangan ke Pajajaran.

Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun pada 1610 dengan kanal sepanjang 810 meter. Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter pada 1817.

Pelabuhan Sunda Kelapa sekarang hanya melayani jasa pelayaran antarpulau di Indonesia. Sedangkan pelayaran antarnegara dipindahkan ke Pelabuhan Tanjungpriok.

 

Museum Bahari

Jl. Pasar Ikan No.1, Penjaringan, Jakarta Utara.

Buka dari pukul 9.00 hingga 15.00, Selasa hingga Minggu.

Untuk memenuhi kebutuhan penyimpanan rempah-rempah, teh, kopi, dan kina dari kebun-kebun di Jawa Barat, VOC membangun Gudang Timur (Oostzijdschee Pakhuizen) di sisi timur Ciliwung, Gudang Barat (Westzijdsche Pakhuizen) di sisi barat Ciliwung, dan beberapa gudang kayu.

Gudang Barat dibangun secara bertahap pada 1652-1759. Gudang Barat inilah yang pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari, yang menyimpan tinggalan sejarah-budaya kebaharian Nusantara, spesimen kelautan Indonesia, kolonisasi Belanda, dan pengaruh budayanya di Indonesia.

 

MENARA SYAHBANDAR

Menara Syahbandar
Menara Syahbandar, Jakarta. (Foto: Silvia Galikano)

Jl. Pasar Ikan No.1, Sunda Kelapa, Jakarta.

Buka pukul 9.00 hingga 15.00, Selasa – Minggu.

Menara Syahbandar (Uitkijk) dibangun pada 1839, sebagai menara pemantau kapal yang keluar-masuk Kota Batavia. Menara yang juga titik nol Batavia ini berfungsi pula sebagai kantor pabean serta kantor pengukuran dan penimbangan.

Menara menempati bekas bastion Culemborg yang dibangun pada 1645, seiring pembuatan tembok keliling kota di tepi barat. Benteng dibongkar oleh Daendels pada 1809 bersama dinding kota lainnya yang masih tersisa.

Bertambahnya usia bangunan membuat menara setinggi 12 meter dengan ukuran 4×8 meter tersebut, secara perlahan menjadi miring.

 

Gedong Galangan VOC

Jl. Kakap 1 No.1-3, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara

Buka pukul 10.00 hingga 16.30

Gedung yang dibangun pada 1628 ini asalnya kantor dagangVereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), lalu menjadi gudang barang keperluan galangan kapal di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Lama-lama, gudang ini menjadi galangan bagi kapal-kapal kecil yang tak tertampung di Pulau Onrust.

Setelah sempat terbakar pada 1721, di lantai 2 ditambahi selasar. Pembuatan saluran penghubung Kali Pakin pada 1978 menjadikan sebagian bangunan dipangkas.

Sempat berfungsi sebagai restoran, namun sudah tak beroperasi lagi. Kini sebagian ruang di Gedong Galangan digunakan sebagai tempat belajar musik tradisional Tionghoa.

 

Gudang Kayu VOC

Jl. Pasar Ikan, Sunda Kelapa, Jakarta.

Sembilan gudang di belakang museum Bahari ini dibangun arsitek Jacques de Bollan antara 1663-1669, digunakan sebagai gudang senjata dan gudang rempah-rempah VOC.

Dari sembilan bekas gudang, hanya satu yang terbuat dari batu. Sisanya dari kayu. Seluruhnya terendam banjir sejak 1995.

 

Restoran Raja Kuring

Jln. Kakap No. 5, Jakarta 14440, Indonesia

Bangunan Restoran Raja Kuring dulunya adalah juga galangan kapal, masih satu rangkaian dengan Gedong Galangan. Struktur kayu di dalam gedung memperlihatkan kesamaan struktur dengan interior Gedong Galangan dan Museum Bahari.

Sejak 2001, restoran seafood Raja Kuring menempati gedung seluas 2000 meter tersebut, dengan menu andalan kepiting lada hitam, kerang bambu, angsio abalone, dan mi sua goreng.

***

Gudang Timur

Jl. Nelayan Timur, Tamansari, Jakarta Barat

Dibangun bersamaan dengan Gudang Barat, pada abad ke-17, Gudang Timur digunakan sebagai tempat penyimpanan gandum, beras, kacang tanah, kacang hijau, hingga kue-kue kering. Bahan makanan ini adalah perbekalan awak kapal yang akan berlayar membawa rempah-rempah ke Eropa.

Tinggi gudang sekitar delapan meter. Konon, dibangun tanpa semen, hanya campuran pasir dan batu kapur. Sekarang dindingnya sudah terkelupas dan pintu-pintu digembok, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dari luar.

***

Kastil Batavia (Kasteel van Batavia)

Jalan Tongkol, Jakarta Utara (lahan milik TNI AD)

Kasteel van Bataviadibangun Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon (JP) Coen di sebelah timur muara Sungai Ciliwung, pada 1619, untuk mengganti Benteng Jacatra (Het Fort van Jacatra).

Jumlah warga kastil Batavia yang sekitar 16.000 jiwa pada 1760, 12 tahun kemudian menyusut tinggal 2.000 jiwa akibat wabah penyakit. Pada 1790, jumlah penduduknya meningkat lagi menjadi 8.000 jiwa.

Daendels akhirnya menghancurkan Kastil Batavia pada 1809 dan memindahkannya ke kota baru di selatan bernama Weltevreden. Bata-bata di Kastil Batavia dibongkar, dipakai untuk membangun Weltevreden.

==

Jembatan Kota Intan

Kali Besar, Kota Tua, Jakarta Barat

Jembatan tidak lagi dilintasi, hanya untuk pariwisata

 

Jembatan gantung yang dibangun pada 1628 ini semula bernama Engelse Brug (Jembatan Inggris, karena dekat dengan benteng Inggris). Namanya kemudian berganti menjadi Het Middelpunt Brug (Jembatan Pusat), lalu menjadi Ophaalsburg Juliana (Jembatan Juliana).

Pada abad ke-17, ketika kapal-kapal dapat melayari Ciliwung, bagian tengah jembatan diangkat setiap kali ada kapal yang melintas.

Setelah Indonesia merdeka, jembatan ini berganti nama menjadi Jembatan Kota Intan, disesuaikan dengan lokasi pembangunannya, yakni di ujung bastion Diamant dari Kastil Batavia.

==

Masjid Luar Batang

Jalan Luar Batang 5 No.12, Penjaringan, Jakarta Utara 14440

Berawal dari seorang pemuda Hadramaut bernama Habib Husein bin Abubakar Alaydrus datang ke bandar ramai Sunda Kelapa pada 1736 M dan membangun sebuah surau. Lambat laun, jamaah yang ingin belajar agama makin banyak, surau pun makin besar dan berubah menjadi masjid bernama An Nur.

Ketika Habib Husein wafat pada 1756 dan akan dimakamkan di Tanah Abang, konon, berkali-kali jenazahnya tidak ada dalam keranda (kurung batang), melainkan tetap berada di dalam kamar.

Akhirnya diputuskan jenazah Habib Husein dimakamkan di dalam kamarnya yang kini menjadi area ziarah. Dari sana lahirnya julukan “Luar Batang”, yakni di luar kurung batang.

***

One Reply to “Bandar Sibuk Batavia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.