Dari Istana Panglima hingga Markas Kodam Siliwangi
Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi
Jalan Aceh 59, Bandung,
Ruangan utama di bangunan utama Markas Komando Daerah Militer III/Siliwangi adalah Ruang Sudirman, Ruang Abdul Haris Nasution, dan Ruang Kosasih (Aula). Nama Sudirman dipilih untuk mengenang jasa Jenderal Besar Sudirman.
Baca juga Di Pakis Baru Ada Jejak Soedirman
Di Ruang Sudirman terpasang patung dada sosok Sudirman beserta relief perjuangannya selama masa kemerdekaan.
Ruangan Sudirman yang diresmikan pada 1994 ini terdiri dari empat ruang, yakni Ruang Utama yang sering digunakan sebagai tempat upacara, Ruang Pitaka tepat menyimpan lambang kehormataan, Ruang Kehormatan tempat menyimpan foto-foto prajurit teladan, dan ruang tamu VIP.
Gedung Markas Kodam Siliwangi dahulu bernama Paleis van den Legercommandant, yaitu rumah dinas (istana) panglima tertinggi tentara Hindia Belanda. Terletak di Menadostraat yang saat ini diubah menjadi Jalan Aceh.
Baca juga Gereja Katedral St. Petrus, Bandung
Berada di tengah kompleks militer yang dikenal sebagai Archipelwijk (Lingkungan Nusantara) sebab nama-nama jalannya menggunakan nama pulau-pulau di Nusantara, seperti Jalan Kalimantan, Jalan Aceh, Jalan Sumatera, Jalan Riau, dan Jalan Jawa.
Baca juga OLVEH dan Jeniusnya Schoemaker
Arsitektur bangunan Paleis van de Legercommandant mempunyai disain tegak lurus bergaya Kubisme dan Neo Klasik dengan sudut-sudut tajam dan ornamen garis-garis tegas, sebagaimana citra militer yang tegas dan berwibawa. Berbeda dengan banyak bangunan di Hindia Belanda waktu itu yang bergaya Indis dan Romantik dengan ciri-ciri sudut dibuat melengkung.
C.P. Wolff Schoemaker juga menjadi perancang gedung-gedung bergaya Eropa di kota Bandung, antara lain Bioskop Majestic di Jalan Braga, Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, dan Hotel Preanger di Jalan Asia Afrika.
Baca juga Isola dan Misteri Raja Media
R.L.A. Schoemaker juga dikenal sebagai arsitek yang merancang Gedong Sabau (1915) di Detasemen Markas Komando Militer (Denma Kodam) III/Siliwangi. Gedong Sabau yang terletak di Jalan Kalimantan (Borneostraat), berseberangan dengan Paleis van de Legercommandant, dahulu adalah Departement van Oorlog (Departemen Perang).
Bandung pada 1915 pernah direncanakan pemerintah Kolonial sebagai ibu kota pemerintahan Hindia Belanda.
Sejak itulah bangunan-bangunan monumental mulai dibangun di Bandung, termasuk fasilitas militer. Bangunan-bangunan itu banyak tersebar di pusat kota Bandung.
Baca juga Rumah Ungaran
Selain disiapkan sebagai pusat pemerintahan sipil, Bandung pada zaman kolonial juga disiapkan sebagai pusat militer.
Rencana pemindahan pusat pemerintahan sipil dari Batavia ke Bandung pada akhirnya tidak terealisasi karena terhalang resesi ekonomi dunia (maleise) pada 1930-an.
Baca juga Bentang Bagak Arsitek F. Silaban
Semua proyek besar yang berkaitan dengan pemindahan ibu kota dihentikan padahal semua proyek yang berkaitan dengan militer sudah tuntas.
Bandung sebagai pusat militer pun sebenarnya sudah dirintis jauh sebelum rencana pemindahan ibu kota. Pada 1898, pabrik mesiu di Ngawi dan pabrik senjata di Surabaya sudah dipindahkan ke Bandung.
Baca juga Secarik Kain Hitam Gandari
Pada 1916, Departemen Peperangan, Departement van Oorlog (DVO), dipindahkan dari Weltevreden ke Bandung yang mulai dibangun tahun 1908.
Lapangan terbang Andir (sekarang Husein Sastranegara) juga pada 1914 diresmikan menjadi pusat pangkalan udara militer di Hindia Belanda.
(Dari berbagai sumber).
4 Replies to “Dari Istana Panglima hingga Markas Kodam Siliwangi”