kompromi

Sepertinya, semakin tua usia, semakin tipis juga tingkat kompromi kita terkait kenyamanan.

Hipotesa ini gue dapat begitu diumumkan bahwa seluruh level redaktur wajib ikut outbond di Ciburial Puncak. Fasilitas antara lain kemah dan MCK. Gue langsung naik tensi begitu baca imel ini dari panitia.

“Kemping??? MCK??? Oh nooo!!!”

Gue sangat mengakrabi tenda dan MCK sejak aktif di Pramuka waktu SMP. Kemping di gunung, dengan tenda yang sobek di beberapa bagian, meloloskan angin gunung menusuk tulang masuk ke dalam tenda.

Ke MCK harus jalan lima menitan, kalau malam kebelet pipis harus bawa senter karena gelap gulita, kalau pagi—di saat panggilan alam memukul genderangnya—MCK pasti kering, mampet, pintu MCK selalu rusak, belum lagi baunya. Hah!!!

Pipis di sungai ngga nyaman karena “terlalu terbuka”, jadi malah ngga bisa pipis. Apalagi pup.

Walau begitu, gue ngga pernah kapok berurusan dengan tenda dan MCK. Kemping terus berulang setiap libur panjang.

Sewaktu lima tahun belajar silat Merpati Putih (dari kelas 3 SMP sampai kuliah tahun ke-2), ujian kenaikan tingkat dan latihan bersama umumnya diadakan di Bumi Perkemahan Cibubur. Dua hari satu malam. Menginap di tenda dengan fasilitas MCK.

Ada bonus malah dengan MCK Cibubur ini. Katanya, konon, jarene, di salah satu MCK itu ada hantu perempuan, tapi gue belum pernah nemuin. Adakah gue mengeluh saat itu? Nggak.

Sewaktu SMA sampai kuliah, setiap libur jalan bergerombol empat hingga lima orang ke luar kota, nginep di losmen murah, nyewa hanya satu kamar. Tempat tidurnya berderit-derit dan oglek. Dapat kamar mandi di dalam ya syukur, kamar mandi di luar juga ngga apa-apa. Ngga masalah. Teman-teman merokok di dalam kamar juga gue ngga protes sama sekali. Besar sekali kompromi gue saat itu.

Heran juga, kenapa gue langsung naik darah begitu tahu kami wajib ikut outbond dengan fasilitas tenda dan MCK. Ke mana perginya rasa kompromi gue dulu?

Untunglah, begitu sampai di lokasi, ternyata tendanya dilengkapi kasur busa, bantal, dan sleeping bag. MCK-nya luas, air mengalir deras, bersih, dan pintunya ngga jebol. Tapi teteeeuuuup, “Nggak lagi-lagi ah.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.