musikalisasi puisi sapardi djoko damono

semalam (14/2), jadi my best valentine’s day ever.
jangan tanya gue menghabiskan malam sama siapa
tapi dengan cara apa gue mengisi malam.

dua pekan lalu gue baca di sebuah milis,
akan ada pembacaan
dan musikalisasi puisi cinta sapardi djoko damono
langsung telpon ajak fitri.
mau.

dan sore itu juga gue ke Taman Ismail Marzuki untuk beli tiket,
pilih kursi paling tengah sedepan mungkin.
acara mulai pukul 8 malam.
“ngopi dulu yuk di bakoel koffie, jam lima.
pas magrib baru kita jalan ke TIM, makan malam dulu,” isi chatting di YM.
seperti biasa, gue suka banget atmosfer TIM.

hanya dengan berada di sana
tanpa rencana melakukan apa pun,
TIM selalu asyik.

malam itu, warung tenda yang membujuri TIM penuh.
meja kami bertetangga dengan meja Sapardi, rupanya.
gerimis rapat sejak kami meninggalkan bakoel koffie sampai kami selesai makan.
di dalam gedung, sempat melihat
beberapa wajah yang gue kenal.

acara ngaret 15 menit.
isi waktu dengan ngobrol ngalor ngidul sambil ngarep jangan sampe nanti kebelet pipis, takut kehilangan moment.

rupanya, duet ari malibu dan reda gaudiamo
diletakkan di tengah dan setelah tampilnya pengisi acara lain.
cornelia agatha & ine febriyanti membacakan puisi dengan datar.
ngga ada mereka juga ngga pa-pa.

teater tanah air dapat applause lumayan bagus.
lab musik jakarta menyanyikan puisi Sapardi yang bikin gue ikut nyanyi.
sekali lagi gue ikut nyanyi ketika GSN Choir tampil.
ags arya dipayana mmm…apa ya? kok ngga membekas ya di kepala?

teater tetas bikin gue nahan napas.
jose rizal, wow keren, “tuan… tuhankah?”

nnnnah, ari – reda… apa lagi bisa gue bilang?
dari dulu gue sangat sangat sangat suka musikalisasi puisi sapardi
yang mereka bawakan.

semakin sering didengar semakin suka.
semalam, di beberapa lagu, ikut pula jubing kristianto
dengan petikan maut gitarnya.
SEMPURNA.

kubiarkan cahaya bintang memilikimu
kubiarkan angin yang pucat
dan tak habis-habisnya gelisah
tiba-tiba menjelma isyarat merebutmu
entah kapan kau bisa kutangkap

kamera saku gue ngga bisa menghasilkan foto maksimal.
gue motret dari kursi.
terlalu jauh.
gue nyalakan fungsi handycam-nya di beberapa lagu.
biarlah gambarnya kecil, asal kenangan ini bisa diabadikan.

tiga lagu terakhir gue shoot nonstop.
termasuk lagu penutup, gongnya, “aku ingin”
yang dibawakan kan ari – reda – jubing,
menyusul kemudian choir,
menyusul kemudian seluruh pengisi acara,
menyusul kemudian seluruh penonton (tanpa naik panggung, tentu saja).
aaaaaahhh….

Videonya bisa lihat di sini. Lengkap dengan suara histeris gue yang memalukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.