Bahkan Hiu Meliuk Indah

Karimunjawa yang konon berasal dari kremun-kremun soko Jowo (terlihat sama-samar dari Jawa) berada 110 kilometer dari Semarang dan 90 kilometer dari Jepara. Jarak sejauh itu bukankah tak terlihat sama sekali dari Pulau Jawa? Biarlah, itu kan konon.

Oleh Silvia Galikano

Berharaplah banyak sebelum pergi ke Karimunjawa. Beharaplah cuaca akan bagus dan ombak tenang. Sehingga bisa bergelut dengan air laut dangkal nan hijau atau menikmati empasan manja ombak di pantai yang pasirnya putih. Sehingga angin semilir saja dan laut jernih, bisa melihat terumbu karang dan ikan-ikan cantik berenang.

Berenang atau snorkeling-lah sepuasnya. Tak punya peralatan snorkeling, tersedia penyewaan dengan tarif Rp35 ribu per hari per set (snorkel, mask, fin, life jacket). Yang tak bisa berenang, berjemur saja di pantai, membiarkan kaki dijilat buih ombak.

Tak usah khawatirkan kulit menjadi gelap, toh ini risiko bermain di laut. Nikmati saja mandi matahari dan udara bersih bebas polusi sambil menenggak air kelapa muda yang luar biasa segarnya.

Benarlah anggapan bahwa Kepulauan Karimunjawa di Kapubaten Jepara, Jawa Tengah tak ubahnya surga yang tersembunyi. Berperisai Laut Jawa yang kadang bergelombang tinggi. Untuk mencapainya bisa menggunakan kapal cepat Kartini I selama 3,5 jam sampai empat jam, atau kapal penyeberangan ASDP Muria yang butuh waktu enam sampai tujuh jam.

Bisa bertolak dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, bisa pula dari Pelabuhan Kartini Jepara. Penduduk aslinya berprofesi sebagai nelayan. Di akhir pekan, kepulauan ini diisi pula oleh pelancong yang akan memancing, berenang, menyelam, atau snorkeling.

Penginapan juga banyak tersedia di Pulau Karimunjawa. Rumah-rumah penduduk dengan kamar tidur dan kamar mandi bersih bisa disewa dengan harga terjangkau.

Kepulauan Karimunjawa memiliki luas lebih dari 107 ribu hektare yang sebagian besar adalah lautan (lebih dari 100 ribu hektare). Kepulauan ini terdiri dari 27pulau besar dan kecil dengan Karimunjawa sebagai pulau terbesar (4 ribu hektare).

Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting adalah pulau-pulau besar yang berpenghuni. Selebihnya, pulau-pulau kecil tak berpenghuni.

Di perairan pulau-pulau kecil itulah justru spot menarik untuk snorkeling. Laut dangkal tempat hidup berjenis-jenis terumbu karang dan ikan. Karenanya, minimal butuh waktu dua hari (masing-masing penuh dari pagi hingga petang) untuk menelusuri pulau-pulaunya, walau tak semua. Sempatkan juga menjemput matahari terbit sekaligus mengiringinya tenggelam.

Sewalah perahu motor tradisional untuk mencapai perairan dangkal yang dituju, berceloteh ringan dengan teman seperjalanan sambil membiarkan kaki terjulur di samping perahu, sesekali merasakan tamparan lembut ombak di kaki ketika kapal sedikit oleng dimainkan gelombang.

Memberi salam ketika berpapasan dengan perahu lain yang juga mengangkut pelancong, dadah-dadahan bagai berjumpa teman lama. Akrab dan riang. Lupa umur, malah.

Entah kata apa yang bisa menggambarkan indahnya Karimunjawa. Pasirnya putih, lautnya bersih dan bening. Bahkan batas antara perairan dangkal dan perairan dalam terlihat jelas melalui berbedanya warna laut. Hijau untuk perairan dangkal, dan biru untuk perairan dalam. Di laut yang hijau, dari atas perahu pun mata bisa melihat jelas dasar lautnya.

Seperti ketika usai snorkeling di perairan Pulau Cemara Kecil dan hendak balik ke Pulau Karimunjawa, perahu kami “paksa” berhenti ketika dari jauh tampak cantiknya Pulau Cemara Besar. Laut hijaunya luas sekeliling pulau dan benar-benar dangkal. Hanya sepinggang orang dewasa dan dasarnya pasir semata. Maka kalap tak bisa dihindarkan.

Makan siang yang rencananya di perahupun akhirnya berubah. Ngampar di pantai. Walau untuk mencapai pulau harus berjalan kaki sepanjang 300 meter dari kapal lego jangkar agak di tengah laut. Berjalan kaki di laut!! Macam orang sakti saja.

Entah berapa luas Pulau Cemara Besar, tapi sebagai gambaran, kami sempat mengelilinginya dengan berjalan santai, dalam waktu satu jam sudah kembali ke titik awal bertolak. Satu jam itu tentu sudah termasuk beberapa menit untuk aksi foto-foto narsis. Pulau ini tak berpenghuni. Vegetasinya rapat dengan dominasi pohon cemara. Dari sanalah asal nama pulau ini. Dari sini, terlihat pulau-pulau lainnya hijau teronggok seperti mengapung di laut biru berlatar belakang langit yang sama birunya.

Di barat daya Pulau Karimunjawa ada Pulau Menjangan Kecil yang juga spot menarik untuk snorkeling. Menghabiskan pagi hingga siang berenang-renang di sini sangatlah menyenangkan. Begitu matahari mulai condong ke barat, perahu bergerak ke Pulau Menjangan Besar yang berada antara Menjangan Kecil dan Karimunjawa, tempat penangkaran hiu dan tukik (anak penyu). Jika pernah melihat hiu di Seaworld Jakarta, naaah, hiu itu menjalani masa kecil di Menjangan Besar ini.

Anak-anak hiu dipelihara dalam beberapa kolam hingga cukup besar untuk kemudian dijual. Yang unik, anak-anak hiu yang meliuk-liuk gemulai ini jinak. Seorang teman membuktikannya dengan cara terjun ke kolam. Tindakan tersebut mengundang teman lainnya untuk ikut nyemplung, tapi hanya dalam hitungan detik dia naik lagi sambil menjerit-jerit.

“Kenapa? Digigit hiu?”

“Ngga. Cuma dicolek-colek.”

Matahari yang tadi baru condong ke barat ketika kami mendarat di Menjangan Besar, kini mulai menggapai cakrawala. Saatnya meninggalkan hiu untuk memberi perhatian penuh pada prosesi cantik matahari pulang, meredupkan sinarnya, turun perlahan, lantas hilang di batas pandang, dan menyisakan jingga langit.

***
D
imuat di Jurnal Nasional, 14 Juni 2008*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.