Kawan
Satu jam terakhir, gue klak-klik foto seorang teman di facebook. Udah lama ngga ketemu. Gila, jadi kangen banget. Rasanya kami dulu akrab. Akrab yang tulus (karena hati gue sangat peka merasakan siapa yang ngga tulus). Nyambung untuk ngobrol apa saja.
Walau dekat, kami sama-sama menahan diri untuk tidak menjadikan pertemanan ini ajang curhat urusan pribadi. Kami sama-sama sulung, sama-sama perempuan, banyak urusan hati yang sudah saling tahu saja walau sama-sama tidak bercerita. Mungkin sulung memang terbiasa jadi pendengar, ya?
Akibatnya pengetahuan gue tentang dia ya sebatas permukaan, demikian juga dia tentang gue, dan ini sama sekali ngga gue sesali. Gue pengen menyimpan memori tentang pertemanan kami seperti itu saja, ngga pengen di-sok-akrab-kan, diseru-serukan.
Dan sungguh bikin terharu, ternyata gue dia masukkan dalam top friends dia di facebook. Top friends itu cuman enam. Friendlist dia ada lebih dari 400 orang. Ngga tau apa alasannya. Seperti gue sebut di awal tulisan, kami udah lama ngga ketemu, lama ngga telpon-telponan, chat di YM kapan perlu doang dan hanya ngomongin apa yang perlu.
Kalau suatu hari nanti berkesempatan untuk sering bertemu lagi, mungkin cara pertemanan kami akan tetap seperti dulu. Sederhana saja.