Jalan Pulang Ayu Utami

ayu utami, pengakuan eks parasit lajangDengan pendekatan filosofis dan spiritual, namun cair, Ayu Utami menjelaskan alasan mengapa akhirnya dia menikah. Semua dengan kesadaran penuh.

Oleh Silvia Galikano

Judul: Pengakuan Eks Parasit Lajang

Penulis: Ayu Utami

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tebal: 302 halaman

Ayu Utami pernah mengeluarkan pernyataan mengagetkan bahwa dia tidak akan menikah. Alasannya, menikah atau tidak adalah pilihan, bukan kewajiban, dan dia memilih untuk tidak menikah. Pernyataan itu tertuang dalam buku Si Parasit Lajang (2003).

Selain itu, keputusan tersebut dia maksudkan untuk menemani perempuan-perempuan yang tidak –dengan alasan apapun- atau belum menikah. Sikap tersebut membantu banyak perempuan berhadapan dengan lingkungannya.

Pada 2011 Ayu menikah dengan Erik Prasetya, seorang fotografer. Walau pernikahan ini hanya secara gereja, tidak dicatatkan ke negara, tetap saja peristiwa itu mengundang kegemparan baru. Apa yang terjadi pada Ayu? Dan setahun setelah menikah, dia meluncurkan Cerita Cinta Enrico yang menjelaskan mengapa dia menikah.

Sepuluh tahun sesudah Si Parasit Lajang, Ayu Utami melanjutkan autobiografinya. Pengakuan Eks Parasit Lajang judulnya. Selain bentuk pertanggungjawaban karena “melanggar” komitmennya untuk tidak menikah, lebih dalam daripada itu, Ayu bertanya dan mencari sendiri jawaban atas sekian banyak ketidakkonsistenan yang dia temui. Dia bertanya secara jujur, dan dari jawaban yang paling jujur dia melangkah. Proses itu juga yang dia tempuh hingga akhirnya memutuskan menikah.

Pengakuan Eks Parasit Lajang dibagi dalam tiga bab besar, yakni Seorang Gadis yang Melepas Keperawanannya dan Menjadi Peselingkuh, Bocah yang Kehilangan Imannya, serta Seorang Wanita di Jalan Pulang. Masing-masing bab itu terbagi dalam subbab yang masing-masingnya diberi judul. Ambil contoh, dalam bab Seorang Gadis yang Melepas Keperawanannya terdapat 17 subbab, dua di antaranya Segel dan Selingkuh.

Dibuka ketika A, sang tokoh utama, berumur 20 tahun, masa terseringnya bercermin. Dia mengagumi rambutnya yang melebihi bahu, lekuk pinggangnya yang mirip gitar, dan buah dadanya yang padat sambil berharap keduanya bisa tumbuh lebih besar. Dia pun tahu lekuk tubuhnya itu bisa membangkitkan hasrat lelaki. Pada usia ini dia memutuskan menutup masa perawan.

Dia melakukan persetubuhan pertama kali dengan Nik, pacarnya satu kampus. Peristiwa itu yang pertama juga bagi Nik. Nik adalah atlet pencak silat berbadan tegap, tinggi, dan berkumis halus. Dia juga seorang muslim yang rajin sembahyang.

Peristiwa itu selesai. Persetubuhan yang pertama. Sama sekali tidak menakjubkan. Setidaknya bagiku. Tidak ada rasa sakit. Tidak ada darah. Tidak ada apa-apa…. Nik menangis menyadari bahwa ia akhirnya berbuat itu…. Bagaimana mungkin dia, yang lelaki dan tidak kehilangan selaput dara, menangis, sementara aku, yang perempuan dan kehilangan keperawanan tanpa jejak, berwajah lurus? Lalu, aku pun pura-pura menangis….

Setelah itu, A “melanggar” rambu berikutnya. A yang kemudian jadi wartawan, berpacaran dengan redakturnya, Dan. Suami orang. Tapi dia tahu, tidak mau mengambil milik orang lain, milik perempuan lain. Dia ingin hubungan gelap itu tetap dalam kegelapan, tanpa mencari-cari celah sebuah pembenaran, yakni poligami. Karena perkawinan ganda adalah mengambil sebagian hak perempuan lain dan menabrak nilai keadilan. Ibarat berada di jurang hitam tapi menyebut tempat itu luhur dan terang.

Demikian A menempuh satu fase ke fase berikut hidupnya dengan alasan jelas. Berpindah dari satu pria ke pria yang lain, ada yang lama, ada pula yang sebentar. Hingga pada akhirnya A memutuskan menikah, tentu dengan penuh kesadaran, serta melalui pertimbangan demikian panjang yang dia ibaratkan game yang punya banyak tingkatan.

Ayu Utami melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum negara yang patriarkal bukan lagi dengan ledakan emosi. Dia memegang filosofi yang jelas (clear) yang dasarnya keadilan. Kejujurannya di awal, di Si Parasit Lajang, hanya membawanya ke jalan jujur selanjutnya.

Dengan siapa A akhirnya menikah tidak penting lagi, toh kita tahu Ayu Utami akhirnya berjalan ke altar dengan siapa. Tidak bermaksud jadi spoiler, tapi kalimat indah berikut sayang kalau tidak dikutipkan di sini sebagai penutup: Rik mau menikah sebab ia mau menemani A menjalani entah apa yang perempuan itu mau jalani.

***
Dimuat di Majalah Detik 66, 4-10 Maret 2013

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.