Padusi Mencari Kebahagiaan Sejati

PadusiPerempuan punya posisi istimewa di masyarakat, tapi kerap jadi korban ketidakadilan. Tiga legenda ranah Minang ini menjawabnya.

Oleh Silvia Galikano

Padusi (Marissa Anita), perempuan urban Jakarta, baru menginjakkan kaki di Bandara Minangkabau, Sumatera Barat. Ini adalah kepulangannya yang pertama sejak 10 tahun terakhir.

Dia baru saja bercerai, tanpa anak, dan usianya kini 35 tahun. Dia merasa sekaranglah waktu yang tepat menjelajahi tanah leluhurnya. Selain itu, inilah upaya pencariannya akan kebahagiaan sejati yang belum pernah dia rasakan.

Selama ini, Padusi menjalani hidup hanya menurut keinginan orangtua dan mantan suaminya.

Adegan tersebut adalah pembuka legendra Padusi yang digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 11-12 Mei 2013. Legendra tak lain akronim dari legenda, drama, dan tari. Legendra Padusi dibuat oleh maestro tari Minang sekaligus guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Tom Ibnur.

Pertunjukan ini menampilkan tak kurang 50 penari dari ISI Padangpanjang dan musisi yang dipimpin Yaser Arafat. Terlibat pula Rama Soeprapto sebagai sutradara dan Nia Dinata sebagai penulis naskah.

Legendra Padusi memuat tiga legenda dalam satu panggung, diantar oleh Padusi yang baru datang dari Jakarta itu. Yang pertama adalah Puti Bungsu, yakni cerita tentang bidadari bernama Puti Bungsu (Sha Ine Febriyanti, juga pemeran Siti Jamilan dan Sabai) yang tak dapat kembali ke kayangan setelah sayapnya dicuri pemuda bernama Malin Deman (Riyano Viranico).

Dia terpaksa menerima pinangan Malin Deman, pria kampung yang sangat manja dan bergantung pada ibunya.

Malin Deman dan ibunya, Mandeh Rubiah (Jajang C. Noer), merahasiakan rapat-rapat tempat sayap itu disembunyikan, yakni lumbung padi. Puti Bungsu boleh masuk ke semua ruang di rumah itu kecuali lumbung. Ketika akhirnya Puti Bungsu berhasil menemukan sayapnya, dia terbang kembali ke kayangan, meninggalkan suami, putera, dan ibu mertuanya.

Kisah kedua, Siti Jamilan, bercerita tentang perempuan yang menikah dengan Lareh Simawang (Andi Jagger) berdasarkan cinta, dengan syarat tidak ada perempuan lain dalam pernikahan mereka. Siti Jamilan bahkan bersumpah akan bunuh diri jika sampai Lareh Simawang beristri lagi.

Pernikahan  mereka awalnya baik-baik saja. Namun setelah punya tiga anak, Lareh Simawang menikah dengan perempuan lain yang lebih muda. Siti Jamilan menepati sumpahnya. Dia mati bunuh diri bersama anak-anaknya.

Sabai Nan Aluih jadi legenda ketiga legendra Padusi. Bercerita tentang perempuan yang menolak pinangan Rajo Nan Panjang, datuk tua bangka yang doyan memperistri perempuan muda. Ayah Sabai berutang banyak pada Rajo Nan Panjang hingga tak mampu membayarnya.

Penolakan Sabai berujung pada kematian ayahnya yang menjadi korban pembunuhan Rajo Nan Panjang. Di ujung cerita, Rajo Nan Panjang tewas di ujung bedil Sabai, balasan atas kematian ayahnya.

Lalu bagaimana posisi tiga legenda ini bagi Padusi? Dia melihat dirinya sendiri, di masa ini, dengan menyelami tiga cerita tradisi itu. Padusi pun membuat pertemuan imajiner dengan tokoh-tokoh legenda ini agar sejarah tak berulang: perempuan jadi korban ketidakadilan kehidupan.

Tom Ibnur membuat pementasan ini bukan hanya indah, tapi sekaligus magis. Tari Kematian yang ditarikan saat Siti Jamilan mati, benar-benar membuat meremang bulu kuduk. Dalam tarian ini kita bisa lihat entakan kaki dan empasan badan para penari seperti disulut energi lain, entah apa namanya.

Inspirasinya didapat dari maratok (meratap – meratapi jenazah), tradisi Minang yang sekarang sudah hilang.

“Padusi (berarti ‘perempuan’ dalam bahasa Minang) mempunyai sejarah dan makna tersendiri, terlebih bagi masyarakat Minang. Perempuan Minang mewarisi segalanya, rumah, tanah, sawah, tapi selalu teraniaya,” kata Tom Ibnur.

Maka melalui Padusi, kita tahu, satu-satunya cara agar perempuan tak lagi jadi korban ketidakadilan adalah dengan melawan. Dan pada akhirnya, nilai-nilai tradisi tidka pernah basi, bahkan selalu jadi inspirasi.

***
Dimuat di Majalah Detik 77, 20-26 Mei 2013

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.