Dua Legenda dalam Namaste

Rahul Sharma, kenny g, namaste

Kenny G menggandeng musisi India Rahul Sharma dalam album duet terbaru, Namaste. Keduanya menunjukkan kebintangan mereka justru ketika sama-sama “menahan diri”.

Oleh Silvia Galikano

Setelah lebih dari 30 album, termasuk di dalamnya belasan album solo, baru kali ini Kenny G memberi eksperimen musik yang tak terbayangkan sebelumnya. Saksofonis jazz asal Seattle Amerika Serikat itu keluar dari zona nyamannya di ranah jazz lembut, dan bersama Rahul Sharma menggarap album yang kental budaya India, Namaste.

Rahul Sharma adalah generasi ketiga maestro santoor 100 senar, dan ayahnya tak lain sang legendaris Pandit Shiv Kumar Sharma. Melalui permainan Rahul, Namaste yang menyuguhkan suara meditatif santoor dari tradisi India berpadu indah dengan melodi saksofon jazz lembut Kenny yang berorientasi Barat.

Kenny dan Rahul bermain bersama di album 10 track ini, tapi tidak menggabungkan dua sound mereka. Terasa sekali keduanya menjaga eksperimentasi ini tetap minim, “organik”, dan tidak jor-joran. Padahal kalau dimainkan secara solo, banyak nada yang bisa dielaborasi habis-habisan.

Track pertama album ini adalah Namaste (“namaste” adalah salam khas India) yang dibuka dengan vokal lembut bersuara rendah:  Cause love is emotion and feeling in passion/ namaste/ namaste….

Saksofon dan santoor bersahut-sahutan di nomor ini, menyuguhkan groove hipnotis Timur dan melodi solo Barat, dengan penekanan pada saksofon. Lirik yang hanya sepenggal itu berfungsi sebagai pembatas tipis terawang antara keduanya. Dan di akhir lagu, saksofon sopran Kenny sendirian meninggi hingga coda.

Penggunaan lirik yang berfungsi sebagai pembatas tipis juga digunakan dalam Brhama-Vishnu-Shiva. Ada yang diambil dari mantra:om shanti, om shanti, om shanti, om” dan nama tiga dewa Hindu: “Brhama Vishnu Shiva” yang diucapkan berulang-ulang.

Santoor hanya mengeluarkan suara ting-ting-ting dalam nada datar. Padahal “bermodal” 100 senar, Rahul punya ruang yang sangat luas untuk meliuk-liukkan nada. Aransemen Brhama-Vishnu-Shiva juga memungkinkan saksofon membuat counterpoint bagi santoor. Tapi itu tadi, Rahul dan Kenny tidak ingin bermegah-megah di sini dan tetap menjaga permainan mereka seminim mungkin.

Namaste memberi kejutan dengan hadirnya Amitabh Bachchan, melalui Silsila. Sang legenda Bollywood itu membaca puisi dalam bahasa Hindi diiringi sama-samar piano rhodes. Selesai satu bait puisi, masuk saksofon, lalu puisi lagi, lantas disahut tabla, saksofon yang meliuk lihai, dan santoor yang dimainkan cepat, membuat Silsila seperti musik Gipsi.

Penutup album ini adalah versi remix Transcendental Consciousness dan Namaste. Enter mixer/produser Marc Burrows (Marc JB) dan Kid Tricky memainkan kembali dua track itu secara cepat dengan tambahan ritmik. Musik India yang menghipnotis dan saksofon ternyata bisa juga dijadikan musik ajep-ajep di tangan JB dan Tricky tanpa membuat sakit kuping.

Secara keseluruhan, Kenny tidak menambahkan banyak komposisi dari yang diusulkan Rahul. Melodi saksofonnya juga tidak tipikal musik yang dia garap sebelumnya. Kenny tidak menggunakan formula biasa dalam memainkan melodi, improvisasi, mengulang melodi, hingga membuat coda. Seluruh track dikuatkan dengan ritmik yang membentuk lagu, tanpa jadi mengganggu.

Menggabungkan musik India dan saksofon jazz kontemporer yang awalnya tak ubahnya taruhan itu, dibayar tunai Namaste. Album ini mematahkan semua keragu-raguan.  Rahul Sharma menyulut kesegaran baru yang sebelumnya lupa terselip dalam bayangan kesuksesan nama besar Kenny G.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 39, 27 Agustus-2 September 2012

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.