Snow White dalam Rasa Baru

snow white and the hunts man

Baru beberapa pekan lalu kisah Snow White dalam Mirror Mirror diturunkan dari layar bioskop. Sekarang tayang pula interpretasi lain dari dongeng abadi ini. Mana yang lebih kena di hati penonton?

Oleh Silvia Galikano

Judul: Snow White and the Huntsman
Genre: Action, adventure, drama
Sutradara: Rupert Sanders
Penulis: Evan Daugherty dan John Lee Hancock
Pemain: Kristen Stewart, Chris Hemsworth, dan Charlize Theron
Durasi: 127 menit

Ravenna (Charlize Theron) yang baru dinikahi raja, memberi minuman racun ke suami barunya lantas menikamkan pisau ke dadanya hingga mati. Dia memenjarakan putri  raja yang masih kanak-kanak, Snow White, di menara istana. Permaisuri baru kemarin sore itu kemudian merebut kekuasaan dan mengangkat diri  sebagai ratu.

Kerajaan yang gemah ripah berubah jadi kerajaan sihir. Rakyat hidup dalam ketakutan karena harus menyerahkan tumbal perempuan muda yang cantik kepada ratu. Ravenna butuh para perempuan muda cantik agar bisa dia isap kemudaan dan kecantikan mereka demi menjaganya tetap muda.

Sepuluh tahun berlalu. Ravenna kehabisan perempuan muda di kerajaan. Sekaranglah giliran dia bisa mengisap kemudaan Snow White (Kristen Stewart) agar mendapat kemudaan dan kecantikan abadi. Ravenna mengutus adiknya (Sam Spruell) untuk menjemput remaja itu yang masih dikurung di menara.

Mengetahui dia dipanggil ratu, yang artinya sama dengan dia bakal mati, Snow White menyerang adik ratu itu menggunakan paku yang dia temukan di jendela menara, dan melarikan diri dari istana. Pasukan kerajaan mengejar, namun pengejaran berhenti saat Snow White masuk ke Hutan Gelap mengingat tidak ada manusia yang selamat di dalam hutan siluman itu.

Ratu memerintahkan Huntsman (Pemburu, diperankan Chris Hermsworth) untuk mengejar Snow White karena dialah satu-satunya manusia yang pernah berhasil keluar dari Hutan Gelap hidup-hidup. Iming-iming hadiah dari ratu membuat Huntsman mau masuk ke Hutan Gelap.

Perjumpaan Huntsman dengan Snow White mengubah arah hidupnya. Dari orang bayaran ratu, misinya kini menyelamatkan Snow White. Terlebih, belakangan dia tahu, perempuan yang dia buru itu tak lain adalah putri raja. Mudah ditebak, Huntsman-lah pangeran tampan bagi Snow White, walau dia bukan pangeran, bukan aristokrat.

Yang jelas sekali berbeda antara karakter Snow White di film ini dengan di Mirror Mirror atau di versi dongeng adalah Snow White di sini perempuan tangguh, bukan perempuan pasif yang menunggu sang pangeran datang menyelamatkannya.

Selama dikurung di menara, dia membuat api untuk menghangatkan badan. Bermodal paku dia menyerang adik ratu yang notabene laki-laki. Dia juga terampil berkuda tanpa pelana dan tanpa tali kekang, hanya berpegang pada surai kuda. Snow White kemudian bahkan jadi pemimpin pasukan menyerang istana Ratu Ravenna.

Sayangnya, karakter yang bagus ini tidak dibawakan maksimal oleh Kristen Stewart walau tampak sekali dia berusaha keras mengeluarkan soul-nya. Snow White juga seperti tidak terhubung secara emosi dengan Huntsman walau mereka selalu bersisian.

Huntsman yang acuh tak acuh dan selalu mabuk untuk melupakan sedih sepeninggal istrinya, dimainkan Chris Hemsworth dengan sangat meyakinkan. Demikian pula Charlize Theron. Snow White and the Huntsman memungkinkan karakternya berkembang. Aktingnya mengesankan, intimidating (Kristen Stewart jadi tidak ada apa-apanya), dan sadis.

Film keluaran Universal Studios ini juga menyuguhkan efek visual yang canggih. Sinematografer Greig Fraser membuat Hutan Gelap siluman yang pohon-pohonnya berwarna hitam dan cabang-cabang pohon terbuat dari ular. Para aktor Inggris berbadan normal  (Ian McShane, Bob Hoskins, Ray Winstone, Nick Frost, Eddie Marsan, Toby Jones) pun dicebolkan sedemikian rupa, menjadi enam kurcaci. Bikin garuk-garuk kepala.

Sutradara pendatang baru Rupert Sanders nampak benar ingin membuat debut feature yang akbar. Dongeng sederhana disulapnya jadi sebuah epos. Walau ada yang kedodoran, ada yang tidak mulus, tapi bolehlah diacungi jempol. Snow White and the Huntsman mudah dicerna anak-anak dan tidak jadi film cemen bagi orang dewasa.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 28, 11-17 Juni 2013

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.