Tentang Tanya Abadi Emanuel

The Truth About Emanuel, Francesca Gregorini

Emanuel jadi babysitter bagi bayi Linda, Chloe, yang ternyata boneka. Dia tetap melanjutkan perannya, pura-pura tidak tahu, menganggap semua normal adanya.

Oleh Silvia Galikano

Judul: The Truth About Emanuel
Genre:  Drama | Thriller
Sutadara: Francesca Gregorini
Skenario: Francesca Gregorini, Sarah Thorp
Produksi: Tribeca Film
Pemain: Kaya Scodelario, Jessica Biel, Alfred Molina
Durasi: 96 menit

Ada tetangga baru, seorang ibu muda (Jessica Biel) dan bayinya. Di halaman rumah, dia mengawasi kardus-kardus diturunkan dari mobil boks dan dibawa ke dalam rumah. Bayi di dalam gendongannya nampak sedang tidur. Hari memang sudah malam.

Emanuel (Kaya Scodelario) melihat mereka berdua dari jendela kamar di lantai atas saat dia akan tidur. Sekali kedua pandang bersirobok, membuat Emanuel cepat-cepat menarik kepalanya menjauh dari kaca jendela.

Keesokan harinya, ibu tiri Emanuel, Janice (Francis O’Connor) memberitahu, tetangga baru yang bernama Linda itu butuh babysitter. Linda baru melahirkan, terlalu repot kalau mengurus bayi sendirian, ditambah lagi baru pindahan. Emanuel merasa mendapat jalan untuk bisa lebih dekat dengan Linda, perempuan yang mencuri perhatiannya malam kemarin, yakni dengan mengasuh bayinya.

Emanuel adalah perempuan cerdas dan sensitif yang sebentar lagi berumur 17 tahun. Dia tidak pernah mengenal ibu kandung. Ibunya meninggal saat melahirkan yang membuat Emanuel sepanjang hidup menyalahkan dirinya sendiri. Karena itu pula dia menganggap ulang tahun bukan peristiwa penting karena pada saat yang sama ibunya meninggal.

Dan sewaktu melihat Linda menggendong bayi yang baru lahir seketika Emanuel teringat ibunya. Keduanya langsung akrab walau hubungannya terasa ganjil.

Setiap petang Emanuel ke rumah Linda, Chloe si bayi selalu sedang tidur di kamar atas. Emanuel cukup memantau lewat radio monitor yang dia pegang. Dia di lantai bawah bersama Linda, kadang di dapur, kadang di ruang depan, kadang memetik mawar di halaman depan.

Seringkali Emanuel mendengar suara laut memecah pantai dan suara angin laut keluar dari radio monitor. Di depan kamar Chloe yang tertutup, suara itu makin keras. Bahkan dia mengalami halusinasi air laut pasang menggenangi kakinya yang telanjang.

Setelah beberapa kali datang, baru kali ini Emanuel diajak masuk ke kamar Chloe yang biasanya tertutup. Linda menawarkan Emanuel untuk mengganti popok. Segera dia mendapati pemandangan yang sangat mengagetkan. Yang sedang tengkurap di atas boks bayi itu ternyata boneka. Yang selama ini Linda gendong-gendong itu tak lain boneka.

Pembuka film ini adalah suara narasi Emanuel yang isinya mengentak. Kematian ibunya saat melahirkan membuat Emanuel menghukum dirinya sendiri dengan hukuman yang lebih keras dibandingkan remaja lain yang bernasib sama. “Aku membunuh ibuku dan kini aku menunggu keputusan atas perbuatanku.”

Emanuel punya tato bertuliskan namanya di lengan kiri. Dia bangga dengan namanya yang maskulin, “Emanuel,” bukan “Emanuelle” atau “Emanuella” yang biasa digunakan sebagai nama perempuan. “Emanuel” adalah nama yang dipilih ibunya kala hamil karena mengira bayi yang akan lahir adalah perempuan.

Penulis skenario dan sutradara Francesca Gregorini ingin menceritakan pergulatan remaja berusia belasan tahun menghadapi isu ke-ibu-an yang tidak pernah dia rasakan, dari sudut pandang remaja. Karenanya ada penggambaran yang tidak masuk akal dalam film ini, sebab ruang untuk itu masih luas di pikiran remaja.

Air dan samudera, misalnya, adalah metafora air ketuban. Serta ide tentang “mari pura-pura menganggap boneka itu bayi yang hidup” jadi masuk akal bagi Emanuel dan dia tidak kesulitan melanjutkan perannya.

Itu sebab judul asli film ini adalah Emanuel And The Truth About Fishes, judul yang dipakai saat premiere di Sundance Film Festival, Januari 2013. Sedangkan untuk rilis reguler, judulnya dilenturkan sedikit jadi The Truth About Emanuel.

Gregoini membuat skenario yang orisinal dan menyentuh, penyutradaraannya apik, framing rumah-rumah cantik di pinggir kota, serta lumayan banyak surealisme dimasukkan ke dalam film membuat The Truth About Emanuel seperti mimpi. Dia tidak menyuguhkan sesuatu yang sintetis dan paradoks yang membuat film terasa palsu.

Film ini dibagi menjadi dua bagian yang diikuti perubahan tone secara radikal. Bagian pertama tentang kekuatan cinta yang dapat membutakan, dan bagian kedua tentang bagaimana melepaskan serta berdamai dengan sebuah kehilangan.

Sayangnya Gregorini sempat terperosok sebentar di ceruk konvensional sehingga melemahkan ide yang awalnya absurd. Dua contoh adalah ketika kegilaan Linda terungkap serta kisah pacaran singkat Emanuel dan Claude (Aneurin Barnard), cowok yang tiap hari dia temui di kereta.

Satu hal yang tidak disepakati secara bulat oleh penonton adalah  Chloe si boneka. Chloe bukanlah boneka bulat lucu menggemaskan, bukan juga boneka bertampang seram seperti di film-film horor. Yang jelas wajahnya tidak menyenangkan.

Bisa dianggap inilah cara Gregorini menyampaikan sebuah ambiguitas positif tentang tak adanya hal mutlak di satu kutub. Atau malah jangan-jangan, teka-teki tentang wajah Chloe-lah yang disisakan Gregorini sebagai pertanyaan abadi The Truth About Emanuel.

***

Dimuat di Majalah Detik edisi 110, 6-12 Januari 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.