Ini yang Paling Transformer
Setelah bertahun-tahun tak berfungsi, Optimus Prime, dihidupkan kembali di lumbung seorang penggemar barang rongsok. Transformer utama itu memegang kunci penciptaan transformer lain.
Oleh Silvia Galikano
Judul: Transformers: Age of Extinction
Genre: Action | Adventure | Sci-Fi
Sutradara: Michael Bay
Skenario: Ehren Kruger
Produksi: Paramount Pictures
Pemain: Mark Wahlberg, Nicola Peltz, Jack Reynor
Durasi: 2 jam 37 menit
Beberapa tahun setelah peristiwa di Transformers: Dark Of The Moon (2011), pemerintah AS memburu semua Transformers yang tersisa: Autobots, Decepticons, siapapunlah, semua harus lenyap dari planet ini.
Adegan brutal tak terhindarkan. Kaki kanan Ratchet ditebas diputus. Si raksasa oleng, ambruk oleh tentara hitam pimpinan Savoy (Titus Welliver) yang dibantu si misterius Lockdown (Mark Ryan). Dalam keadaan tak berdaya, dada Ratchet ditusuk pedang, lalu pedang ditarik ke atas, merobek dadanya; ditarik lagi ke bawah, merobek perutnya. Ratchet tewas mengenaskan dalam keadaan tercabik-cabik.
Bersamaan tersiarnya kabar Transformer baik diperlakukan demikian kejam, Transformer lain yang tersisa di planet bumi segera bersembunyi, menyamar jadi batu, pohon, dan mobil. Tak terkecuali Optimus Prime (Peter Cullen) setelah lolos dari serbuan yang membuatnya nyaris tewas. Optimus Prime terperangkap dalam bentuk truk bobrok, nyangsang di tengah bioskop tua yang bertahun-tahun tidak terpakai.
Cade Yeager (Mark Wahlberg) menemukan truk bobrok ini saat dia tengah memilih-milih benda apa saja yang bakal dia beli dari pemilik bioskop sebelum gedung bioskop dijual. Dia punya usaha memperbaiki barang rusak dan merakit barang-barang rongsok jadi barang baru dengan kegunaan berbeda.
Usahanya kini sedang seret. Karyawannya yang konyol, Lucas (T.J. Miller) sudah terlambat menerima gaji.
Yeager tinggal hanya berdua dengan putri remajanya yang baru saja tamat SMA, Tessa (Nicola Peltz), sejak istrinya meninggal. Akibat masalah keuangan, Tessa terancam tidak bisa melanjutkan kuliah.
Yeager ngotot membeli truk itu karena dia menemukan banyak selongsong meriam di dalamnya. Dia yakin truk ini istimewa. Benar saja, begitu dia selesai memperbaiki dan truk berhasil dihidupkan, truk itu mengeluarkan suara membahana, “Seluruh Autobot berkumpul! Seluruh Autobot berkumpul!”
Ketika itu pula sebuah rudal tiba-tiba melesat keluar dari tubuh robot, menembus dinding lumbung yang jadi bengkel Yeager, memecahkan jendela rumah di seberang lumbung hingga mengagetkan Tessa yang sedang duduk di teras, kembali menyasar lumbung, dan terakhir menghantam tubuh truk.
Truk berguncang hebat. Seluruh bagiannya membuka dan membuka lagi ke atas. Truk bobrok itu berubah bentuk jadi robot raksasa Transformer. Dialah Optimus Prime sang Autobot terkuat, yang dulu berhasil menyelamatkan diri dari serbuan tentara hitam.
Sementara itu, keberadaan Optimus Prime di lumbung Yeager terlacak oleh Harold Attinger (Kelsey Grammer), orang di belakang tim operasi hitam. Optimus Prime diyakini menyimpan “benih”, bahan penentu penciptaan Transformer baru. Harold dan timnya menyerbu lahan Yeager membuat keberadaan Yeager, Lucas, Tessa, dan kekasih rahasia Tessa, Shane (Jack Raynor) dalam bahaya.
Plot Transformers: Age of Extinction yang ditulis Ehren Kruger (penulis dua film Transformers terakhir) sedikit banyak punya kesamaan dengan X-Men: Days of Future Past (2014). Jika X-Men dikejar Sentinel yang diciptakan pemerintahan paranoid menggunakan DNA mutant, maka Autobots, yang berpihak pada manusia dalam pertempuran melawan si jahat Decepticons, jadi sasaran pemusnahan generasi kedua Transformer ciptaan manusia. Proyek ini dikepalai agen FBI Harold Attinger yang menyusup ke perusahaan teknologi KSI milik Joshua Joyce (Stanley Tucci).
Penonton harus menunggu film berjalan 40 menit dulu untuk menyaksikan pertempuran seru Optimus Prime dengan Transformer buatan manusia. Itu pun diawali dengan skenario yang kurang konfrontatif, yakni ketika Yeager bertemu pacar Tessa yang seorang pembalap, Shane (Jack Reynor).
Pertikaian antara ayah yang overprotektif, putrinya yang keras kepala dan merasa sudah bisa mandiri, serta pacarnya terasa seperti pemanasan sebelum para rock-stars ini naik panggung. Ditambah lagi Optimus Prime dengan gaya Western klasik memanggil Autobots yang masih tersisa, yakni Bumblebee, Ratchet (Robert Foxworth), Hound (John Goodman), Drift (Ken Watanabe), Crosshairs (John DiMaggio), dan Brains (Reno Wilson).
Transformers: Age of Extinction menyajikan sederet Autobot dengan kekhasan masing-masing serta tampilan yang makin mulus dan realistis. Selain itu, melalui Optimus Prime, kita berkali-kali diingatkan bahwa robot-robot ini punya jiwa. Jadi bisa dimaafkan jika karakter manusianya seperti kurang berguna dan plotnya lebih berantakan dari tiga Transformers sebelumnya (2007, 2010, 2011).
Yang jelas terlihat, begitu ngototnya Paramount Pictures mendefinisi ulang “blockbuster” melalui mega-produksi yang memakan biaya US$165 juta ini. Action skala besarnya ditampilkan secara luar biasa.
Perubahan besar-besaran dilakukan, di antaranya dalam pemilihan aktor (Mark Wahlberg menggantikan Shia LaBeouf) dan memperkenalkan spesies baru, Dinobots, yang mengingatkan kita pada penggemar Jurassic Park yang reboot-nya akan dibuat.
Namun ada yang luput diperhatikan, yakni upaya sutradara Michael Bay mewujudkan ide besarnya menjadikan film ini terasa “sibuk” dan melelahkan.
***
Dimuat di Majalah Detik edisi 135, 30 Juni-6 Juli 2014