Narasi Kuat untuk Tom Cruise

edge of tomorrow
Setelah dipaksa terjun ke medan perang, Cage mengalami mati dan hidup kembali berkali-kali. Bersama Vrataski, koleganya yang perempuan, mereka menemukan cara menghentikan serangan alien.

Oleh Silvia Galikano

Judul: Edge of Tomorrow
Genre Action | Sci-Fi
Sutradara: Doug Liman
Skenario: Christopher McQuarrie, Jez Butterworth
Produksi: Warner Bros. Pictures
Pemain: Tom Cruise, Emily Blunt, Bill Paxton
Durasi: 1 jam 53menit

Pasukan diterjunkan dari pesawat-pesawat futuristik dalam pertempuran besar di pantai. Ada Mayor William Cage (Tom Cruise) di sana. Mereka bertugas menahan serangan alien, disebut mimic, yang bergerak cepat menguasai negara-negara pantai.

Cage bukanlah prajurit perang. Sebelumnya dia di bagian penerangan (humas) militer yang bertugas memberi keterangan pers tentang perang yang berlangsung. Sering juga dia jadi narasumber dalam talkshow di televisi mewakili militer. Walau profesinya tentara, Cage selalu berada di tempat bersih, rapi, dengan kegantengan terjaga.

Namun ketika bergabung dengan komandan Eropa, Jenderal Brigham (Brendan Gleeson), Cage dicap disertir dan dipaksa terjun ke pertempuran. Sang jenderal tetap pada keputusannya walau Cage beralasan dia bukanlah prajurit perang atau dia bahkan trauma melihat darah. Cage sempat berusaha melarikan diri, tapi segera diringkus ramai-ramai, dibius, dan dikirim ke garis depan pertempuran.

Cage siuman sudah berada di barak, di bawah komando Sersan Farrell (Bill Paxton). Bermodal hanya sehari latihan fisik, dia diterjunkan di arena perang sesungguhnya.

Ternyata perang tak seheroik yang selama ini dia umbarkan ke media, melainkan jauh mengerikan. Mimic menyerang dari semua sudut, keluar dari laut, juga muncul dari dalam tanah. Cage tewas seketika setelah terkena sengatan, tapi seketika itu juga terbangun di barak dalam kondisi persis hari kemarin dia siuman dari bius.

Cage pun mengulang lagi urut-urutan seperti kemarin, hanya saja kali ini dia dapat menghindari serangan alien yang membunuhnya. Namun kemudian dia tewas kena hantam pesawat jatuh, dan seketika terbangun lagi pada hari pertama tiba di barak.

Begitu terus, Cage mengulang hidupnya hingga tewas, hidup lagi, tewas lagi. Setiap kali hidup lagi dia jadi lebih terlatih dengan taktik lebih baik dibanding sebelumnya.

Dalam pertempuran itu Cage mengenal Rita Vrataski (Emily Blunt), perempuan prajurit pasukan khusus yang sebelumnya mengalami apa yang sekarang Cage alami. Vrataski kemudian menggembleng Cage cara menghadapi mimic.

Mereka juga bekerja sama dengan ilmuwan Dr. Carter (Noah Taylor) yang hasilnya kesimpulan bahwa seluruh mimic digerakkan omega yang disimpan di satu tempat rahasia. Bersama-sama mereka mencari omega untuk menghentikan serangan mimic.

Diangkat dari novel ringan berjudul All You Need Is Kill yang ditulis Hiroshi Sakurazaka, Edge of Tomorrow secara acak mengumpulkan macam-macam tren, mulai dari era video game (restart, yang mati hidup lagi), anime Jepang (kostum tempur robotik), hingga film-film sci-fi besutan sutradara Belanda Paul Verhoeven. Di saat yang sama terasa sangat segar dan original.

Film ini disutradarai Doug Liman yang sebelumnya membuat film action Mr. & Mrs. Smith (2005) dan The Bourne Identity (2002), serta film indie Swingers (1996) dan Go (1990). Semangat dan energi Edge of Tomorrow lebih dekat ke Go ketimbang The Bourne Identity.

Eksekusi narasi versi Liman lebih mengesankan dibanding pendekatan novelnya. Dia mampu memberi bobot emosional secara aktual tanpa banyak dialog. Adegan terbaik, yakni adegan perang di pantai, cepat dan keras, membawa pesan bahwa kematian bisa terjadi kapan saja, tanpa aba-aba, dan tanpa drama.

Tak dapat dibantah, film ini milik Tom Cruise, nama yang jadi jaminan mutu. Ini juga jadi penampilan akbarnya selama beberapa tahun terakhir. Peran-peran Cruise sebelumnya adalah jagoan yang gagah, tak terkalahkan, dan tak kenal takut.

Di Edge of Tomorrow, Cruise membuang semua cap ini sejak adegan pertama, dan membuat film action yang bukan hanya segar memikat, tapi juga mengantar pada tangga baru kariernya. Tom Cruise yang masih nampak muda di usia 50 tahun itu mengingatkan kita mengapa dia pantas jadi bintang.

Emily Blunt merentangkan seutas benang emosional memikat sebagai perempuan jagoan, tanpa membuat karakternya nampak lemah.

Dengan awal yang lumayan lamban, Edge of Tomorrow membawa kita ke dalam ganasnya perang. Special effect dan action-nya mulus. Film ini akan membuat Anda menahan napas sambil sesekali menyeringai di sana-sini. Bukankah itu tujuan kita ke bioskop?

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 131, 2-8 Juni 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.