The Jacksons Selalu Muda

The Jacksons
Grup legendaris The Jacksons tak kehilangan pesona walau sudah kehilangan Michael. Penggemarnya bahkan dari kalangan muda.

Oleh Silvia Galikano

Layar terbuka ketika waktu menunjukkan pukul 9.30 malam. Empat pria berdiri agak di belakang, tak terkena sorot lampu, hanya siluet yang terbentuk. Penonton pun berseru-seru.

Seketika musik mengentak. Can You Feel It, lagu dari tahun 1980, dinyanyikan. Empat pria itu, Jackie (63), Tito (61), Jermaine (59), dan Marlon Jackson (57) melangkah ke depan, ke bawah sorot lampu, bersama koreografi energik dan kompak. Keempatnya mengenakan setelan hitam-hitam, kecuali Tito yang berbaju merah, senada dengan warna gitarnya. Histeria penonton makin menjadi.

Empat laki-laki yang tergabung dalam The Jacksons itu menutup pergelaran tahunan SoundsFair di panggung utama Plenary Hall Jakarta Convention Center, 26 Oktober 2014. SoundsFair adalah festival musik garapan Java Festival Production yang menampilkan penyanyi dari beragam genre musik. Tahun ini adalah gelaran pertamanya dan diharapkan akan jadi program tahunan seperti halnya JavaJazz Festival.

SoundsFair 2014 juga ajang penyanyi memperkenalkan album/single terbaru, sebagaimana dilakukan Ipang yang merilis single Cari Celah, Gilbert Pohan merilis single Nyanyian Rumah, dan album Seeds oleh Neonomora.

Sebelum The Jacksons, panggung Plenary Hall diisi Yuna, penyanyi muda asal Malaysia membawakan Favorit Things, Penakut, Mountains, Lullabies, Terukir di Bintang, Lelaki, Decorate, dan ditutup dengan Rescue. Dia juga berjanji akan datang lagi ke Indonesia dengan syarat ditraktir bakso dan nasi padang.

Sophie Ellix-Bextor, penyanyi pop asal Inggris yang pernah tampil di Java Soulnation Festival 2011, kali ini mengisi panggung SoundsFair. Dia menghangatkan Jakarta lewat Runaway Daydreamer, 13 Little Dolls, Take Me Home, Why Don’t You Feel So Good, Sing It Back, Heartbreak (Make Me Dancer), dan tentu saja Murder On the Dance Floor.

Jika menengok barisan artis yang tampil, seperti Cody Simpson, Magic!, Tokyo Sky Paradise Orchestra, Tulus, dan RAN, merupakan kejutan besar ketika penonton mereka ternyata menggilai The Jacksons juga. Pasalnya lagu-lagu grup ini menjuarai anak tangga di era 1970-an, ketika remaja-dewasa-muda itu belum lahir.

The Jacksons dibentuk di Gary, Indiana, AS, pada 1964 dengan nama The Jackson Brothers beranggotakan Jackie, Tito, Jermaine, Marlon, dan Michael Jackson. Lima bersaudara anak pasangan Joe dan Katherine Jackson itu kemudian berganti nama jadi The Jacksons 5. Michael Jackson yang pernah ditahbiskan jadi King of Pop, tutup usia pada 2009 dalam usia 51 tahun.

Selain lagu-lagunya yang melegenda, grup ini berusaha terus mempertahankan kekhasan koreografi mereka walau usia personilnya tak lagi bisa dibilang muda. Seperti sederet lagu setelah Can You Feel It yang mereka nyanyikan tanpa jeda, yakni Blame It on the Boogie (1978), Show You the Way (1977), serta dua single milik Michael Jackson I Wanna Be Where You Are (1972) dan Rock with You (1979).

Layar di panggung dan dua layar di sampingnya kemudian menayangkan video perjalanan karier The Jacksons sejak masih kecil dan remaja, penampilan mereka di televisi, rumah masa kecil yang sederhana, serta wawancara dengan Katherine dan Joe. Katherine bercerita bagaimana suara anak-anak ini saat sedang menyanyi terdengar sampai setengah blok jaraknya.

Histeria penonton yang meneriakkan “Michael!” atau “I love you, Michael!” tak terbendung setiap kali wajah Michael Jackson muncul di layar.

Usai penayangan video, keempatnya kembali ke panggung. Sebelum menyanyi, Marlon menyapa penonton, “Terima kasih sudah bertahun-tahun mendukung The Jacksons. Kita bersenang-senang malam ini….” Belum selesai Marlon bicara, Jackie menyela, “Hei, tak mungkin mereka bersenang-senang tanpa lagu-lagu lama kita seperti ABC dan I Want You Back.”

Aha! Itu tandanya lagu-lagu legenda akan dimainkan. Penonton bersiap, tak sabar, dan dar! I Want You Back (1973) mereka nyanyikan dengan koreografi khas memutar tangan di depan dada sambil membungkukkan badan.

Berlanjut ke ABC (1970), Dancing Machine (1973), Never Can Say Goodbye (1971), serta I’ll Be There (1970) yang pada 1993 dinyanyikan kembali oleh Mariah Carey dan mendapat sukses besar. Penonton, yang dari tadi tak henti-henti menggoyangkan badan, kini menurunkan suhu sejenak, ikut menyanyi sejak bait pertama sambil melambaikan dua tangan. You and I must make a pact/ We must bring salvation back/ Where there is love, I’ll be there….

Suasana romantis itu “diturunkan” lagi ketika Marlon membawakan Gone Too Soon yang jadi single Michael pada 1990 dalam album Dangerous sementara layar menampilkan slide foto-foto Michael Jackson. Sendu pun meruap. Namun itu tak lama. Panggung kembali dientak lewat Can’t Let Her Get Away yang juga dari album Dangerous.

Setelah Marlon memperkenalkan band, The Jackson berlanjut ke This Place Hotel (1980), lalu ke dua single milik Michael, Wanna Be Startin’ Somethin’ dari album Thriller (1982) dan Don’t Stop till It Get Enough dari album Off the Wall (1979).

Keempatnya mengajak satu penonton ke atas panggung, ikut menirukan gerakan mereka saat menyanyikan Shake Your Body (1978). Ketika lagu usai, empat personil The Jacksons turun dari panggung, bersalaman dengan penonton di barisan depan, naik ke panggung lagi untuk kemudian sama-sama membungkukkan badan sebelum layar menutup kembali.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 153, 3-9 November 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.