Sentimentil Legenda Rockstar

 

danny collins, al pacino, Dan Fogelman

Penyanyi besar ini mendadak mengganti arah hidupnya begitu menerima surat dari John Lennon. Dari Los Angeles di pantai barat Danny terbang ke New Jersey di pantai timur untuk menemui anak yang tak pernah dia kenal.

Oleh Silvia Galikano

Judul: Danny Collins
Genre: Comedy, Drama, Music
Sutradara: Dan Fogelman
Skenario: Dan Fogelman
Produksi: Bleecker Street Films
Pemain: Al Pacino, Annette Bening, Jennifer Garner
Durasi: 1 jam 46 menit

Danny Collins (Al Pacino) adalah rockstar dengan nama legenda. Turnya selalu dipenuhi penonton yang sebagian besar seusia dirinya, dia perlu mengenakan korset di balik kemeja satin untuk menahan perut agar tak terlalu menonjol, punya jajaran trofi istri (tiga kali kawin tiga kali cerai, tak terhitung pacar), serta sangat akrab dengan kokain dan minuman.

Saat diwawancara untuk sebuah majalah musik sebagai penyanyi pemula yang belum punya hits, pada 1971, Danny menyebut sangat mengagumi John Lennon. Dan hal yang paling dia khawatirkan adalah ketenaran bakal menghambat kreativitasnya.

Yang dia takutkan itu benar-benar terjadi 13 tahun sesudah wawancara. Sejak itu dia kehilangan jatidiri dan hanya menyanyikan lagu-lagu orang lain. “Sudah 30 tahun aku tidak menulis lagu. Aku sekarang konyol. Dulu aku hebat,” ujar Danny ke manajernya, Frank Grubman (Christopher Plummer).

Pada hari ulang tahun Danny, Frank memberi kado istimewa, yakni surat yang ditulis John Lennon untuk Danny empat dekade lampau. Alih-alih terikirm ke Danny, surat bertulis tangan itu jatuh ke tangan kolektor. Frank membelinya dari kolektor untuk dia berikan ke Danny.

Surat dari Lennon itu mendorong Danny meninggalkan rumah mewahnya di Los Angeles di pantai barat, meninggalkan pacar muda usia yang baru saja terpergok memasukkan lelaki muda ke kamarnya, menaiki jet ke pinggiran New Jersey di pantai timur. Dia hendak menebus kesalahan empat dekade terakhir dengan mendatangi Tom (Bobby Cannavale), putra yang belum pernah dia kenal; Samantha, menantu yang belum pernah dia temui (Jennifer Garner); dan Hope, cucu lincah yang ternyata menyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Tom adalah hasil hubungan satu malam dengan seorang penggemar bertahun-tahun lalu. Pertemuan Danny dengan puteranya seperti yang dia perkirakan. Tom membenci Danny yang tak pernah berperan sebagai ayah. “Saya menghabiskan seumur hidup berusaha jadi pria yang tidak sepertimu,” kata Tom.

Selama di New Jersey, Danny tinggal di hotel Hilton. Dia pun menemukan kenyamanan dengan manajer hotel, Mary (Annette Bening) karena selalu siap jadi teman bicara selain perbedaan usia mereka yang tak jauh. Dengan semangat dari Mary juga akhirnya Danny berhasil menyelesaikan satu lagu ciptaannya… pertama setelah 30 tahun.

Pemilihan Al Pacino untuk peran Danny adalah pilihan yang sempurna, dan dia tahu itu. Pacino yang merupakan ikon era 1970-an tahu benar bagaimana rasanya ketika namanya pernah jadi headline di mana-mana. Aktor di usia tertentu tak beda dengan musisi, tak bisa melepaskan ingatan dari masa jaya dulu, ketika dunia belum se-fashionable sekarang.

Dengan Hey, Baby Doll yang jadi lagu wajib dan selalu diminta penonton, Danny mengingatkan Anda pada siapa? Rod Stewart? Neil Diamond? Atau Cliff Richard?

Ternyata salah semua. Karakter Danny diangkat dari penyanyi folk Inggris, Steve Tilston, yang beberapa dekade kemudian baru tahu kalau John Lennon pernah menulis surat untuknya. Ada potongan wawancara dengan Steve Tilston di antara deretan kredit penutup film.

Danny Collins bukanlah seorang tua yang kikir dan jahat, melainkan rockstar tua yang kariernya sangat sukses, menghasilkan banyak uang tapi egois dan mengacuhkan orang-orang terdekat. Ada sebongkah sentimentalitas dalam inti film garapan Dan Fogelman ini yang terasa seperti versi modern A Christmas Carol karya Charles Dickens dengan Al Pacino sebagai Scrooge.

Film ini lucu, mengharukan, diobservasi matang, dan dimainkan dengan sangat baik, bukan hanya oleh Pacino dan Anette Bening, tapi juga Bobby Cannavale yang luar biasa.

Dapat ditebak, di sana ada lagu-lagu solid Lennon pasca-Beatles sebagai soundtrack, salah satunya Love. Pacino menyanyi dengan gaya panggung yang mengingatkan kita pada Tony Benett.

Satu catatan untuk film ini adalah penulis Dan Fogelman memasukkan satu selipan cerita mendadak tentang leukimia. Subplot ini terasa dipaksakan dan membuat irama cerita meleot sedikit. Selebihnya boleh diacungi jempol. Kehadiran Fogelman sebagai sutradara pendatang baru patut diperhitungkan.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 190, 20-26 Juli 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.