Album Eksperimen Kelly Clarkson

kelly clarkson

Kesibukan baru sebagai ibu tak mengubah kreativitas Kelly. Namun pilihan sound yang keliru bisa menenggelamkannya.

Oleh Silvia Galikano

Sepanjang karier menyanyi, Kelly Clarkson tak henti mendapat pujian atas suaranya yang powerful serta pesan yang diusungnya tentang pemberdayaan diri. Tak ada kontroversi, sepi gosip, hanya membuat musik yang bagus (dan jadi hits). Tak heran jika penyanyi berusia 33 tahun ini jadi anomali di dunia pop modern.

Pertengahan 2000 adalah musim puncaknya ketika alumni American Idol 2002 itu mendominasi radio play. Bagaimana kini?

Menyusul Stronger (2011) yang menelurkan hit nomor 1 di Hot 100 dengan Stronger (What Doesn’t Kill You), Kelly merilis Greatest Hits: Chapter One (2012), yang di dalamnya terdapat Catch My Breath.

Lewat album terbaru, Piece by Piece yang merupakan album studio ke-7, Kelly hendak menangkap lagi keberuntungan yang pernah membawa empat hitsnya masuk Top 10, semua dari album ke-2 Breakaway (2004).

Album yang dirilis pada 3 Maret 2015 lewat RCA Records ini menggabungkan macam-macam genre, mulai dari electronic dance music (EDM), pop, rock, R&B, hingga soul, menandai beranjaknya Kelly dari sound pop rock yang dominan di album studio sebelumnya.

Temanya pun beragam, ada patah hati, perjuangan, kedamaian, dan kekuatan seseorang. Heartbeat Song yang jadi single unggulan tetap agresif seperti lagu-lagu andalan Kelly sebelumnya.

Kelly bekerja sama lagi dengan musikus Greg Kurstin, Jesse Shatkin, Jason Halbert, Eric Olson, dan Chris DeStefano. Lebih dari lima lagu ditulisnya ketika hamil saat mengumpulkan materi bersama penulis lagu lainnya seperti Sia, Matthew Koma, MoZella, dan Bonnie McKee.

Album ini didahului dengan dirilisnya single utama, Heartbeat Song pada Januari 2015, yang jadi hit top 40 di Billboard Hot 100. Single kedua, Invincible, dirilis pada Mei 2015, menyusul kemudian Piece By Piece, Run Run Run, Take You High, dan Someone.

Sedangkan tur pendukung, Piece by Piece Tour, sudah dimulai pada 11 Juli 2015.

Kritikus menyebut di album ini kita temukan beberapa lagu rekaman terbaik sepanjang karier Kelly. Suara bluesy-nya memecah Nostalgic yang rock-elektro, sementara Take You High mengguratkan goresan digital di suaranya, sebuah pengayaan modern yang menyeimbangkan jeritan senar dan lagu.

Namun di sini pula, sayangnya, bakat Kelly diredam. Musiknya tak dapat mengimbangi suaranya yang tetap powerful. Dan tertangkap kesan tiap lagu dimaksudkan jadi lagu monumental, sebuah strategi agar diputar di radio, tapi akibatnya album ini jadi melelahkan.

Seperti Let Your Tears Fall dan Someone yang kurang mengesankan dan Dance with Me dengan gaya pop synthesizer 1980-an. Dance with Me yang seharusnya gembira dan dirayakan dengan letusan kertas kerlap-kerlip warna-warni malah jadi permohonan setengah hati dan kelelahan untuk get moving.

Kelly sudah meninggalkan suara serak pop-rocknya demi mendukung aransemen midtempo dan balada, sebuah pilihan yang tak mengejutkan untuk seorang artis matang.

Ini terasa di Take You High yang elektro dan I Had a Dream yang lembut.

Piece by Piece juga kental dengan pengaruh lagu-lagu tahun 1980-an. Ada nuansa Molly Ringwald di Heartbeat Song, single pertama yang mengentak dan ada roh Pat Benatar di Dance With Me. Good Goes The Bye yang ditulis Shane McAnally pun terinspirasi duo asal Inggris, Eurhythmics, yang populer pada era 1980-an.

Kelly Clarkson jauh lebih hidup ketika dia menyanyikan tema-tema familiar yang menunjukkan kesejatiannya, yakni tentang pemberdayaan diri dan tak menjadikan moral sebagai tameng kompromi.

Tengok War Paint yang elektro-agresif dan danceable serta I Had A Dream yang berpoles gospel mengingatkan pada Like A Prayer (1989)-nya Madonna. Di Invincible terselip kepercayaan diri yang keren. I have courage now / Gonna shout it out / Teacher, I feel the dots connecting.

Run Run Run, lagu yang dipopulerkan Tokio Hotel tahun lalu, kali ini dinyanyikan Kelly bersama John Legend, dengan iringan piano yang menonjol.

Secara umum, single-single terbaiknya lebih kasual, menarik bagi penggemar pop dan pendengar radio-sentris. Namun album Piece By Piece semestinya dapat menggunakan lebih banyak kompleksitas emosional, hubungan antarpersonal, dan lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat denotatif, real.

Kelly Clarkson bintang pop unik yang justru terdengar paling nyaman ketika dia tidak bermain aman. Sayangnya, kali ini dia bermain aman. Andaikan emosinya lebih dalam dan musikalitasnya lebih baik, album ini tidak terjebak dalam permainan sound, melainkan berkukuh di lagu.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 195, 24-30 Agustus 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.