Berteguh Ritma Iman pada Tebaran Daun
Lewat dominasi warna cerah dan suasana riang, karya-karya lukis Teguh Ritma Iman mengedepankan kedalaman makna. Fokusnya pada figur-figur yang berinteraksi wajar namun menunjukkan adanya ikatan batin, seperti ibu dengan anaknya atau bahkan nelayan dan ikan tangkapannya.
Tema tersebut muncul di banyak lukisannya, seperti Fish Seller (acrylic on canvas, 2015) tentang sekelompok perempuan dengan adegan yang terkelompok-kelompok. Seorang perempuan menyunggi keranjang, satu perempuan menunggu dagangan ikan di dalam keranjang, dan seorang ibu duduk berselonjor bermain dengan anak balita di pangkuannya.
Iman mengandalkan bidang luas dengan warna yang dicacah dan dilembutkan dengan pola-pola berwarna. Hasilnya, lukisan kombinasi figuratif dan ekspresif-dekoratif yang mirip sulaman atau mosaik. Tanpa ada pretensi pada dimensionalitas atau naturalisme seperti ciri lukisan ayahnya, Roesli Hakim, 82 tahun, pelukis era awal Kemerdekaan RI.
Daun beragam warna menjadi ciri khas lukisan Iman, umumnya “ditebarkan” sebagai latar belakang lukisan. Andai tak dijadikan latar belakang, daun akan dijumpai di pakaian, atau di kain panjang figur lukisannya, atau tersemat samar-samar di tempat lain. Dia jadikan daun sebagai simbol kehidupan, bahwa daun yang bertebaran ke bumi akan tumbuh kembali.
Ikan kerap juga muncul dalam karya-karyanya, walau tak sebanyak daun. Dia mewakilkan kebebasan pada liukan ikan yang dapat pergi ke mana suka di keluasan laut.
Lukisan Berburu Ikan (acrylic on canvas, 90x130cm, 2017), tentang nelayan sedang menebarkan jaring di atas gerombolan ikan di laut, adalah salah satu karya istimewa Iman. Bukan hanya tentang tangkapan hari ini, lebih jauh, lukisan itu menggambarkan hubungan manusia dengan ikan, betapa karakter manusia saat siang menjadi berbeda jauh saat malam, serta “kerelaan” ikan masuk dalam jaring nelayan.
Teguh Ritma Iman
Lahir: Denpasar, 19 Juni 1970
Pendidikan: SMSR Negeri-Bali (1986- 1989), Fakultas Seni Murni – ISI Yogyakarta (1990-1996)
Penghargaan
1996: Finalis Phillip Morris Indonesia Art Award 3 Jakarta
1991: Best Oil Painting FSR – ISI Yogyakarta
1990: Best Watercolor and Sketch from ISI Yogyakarta
Pameran Penting:
2018: “On Fire” di Kaktus Art Space, Sanur
2015: “Women in Life” di Ganesha Gallery, Bali
2014: “Women” di Rythma Fine Art, Sanur
2014: “Singapura Art Fair” Purpa Gallery Seminyak; “Colek Pamor” Sanggar Dewata di Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud.
2013: “Irony in Paradise” SDI di ARMA, Ubud
2011: “Spirit 90” di Santrian Gallery, Sanur.
2010: “Bali Beyond” bersama Sanggar Dewata di Bentara Budaya, Bali.
Milestone
1998: Setamat kuliah, Teguh Ritma Iman memutuskan pulang, menetap, dan berkarya di Bali. Seorang kurator seni dari Jerman datang dan menyampaikan tiga karya Iman akan diikutkan dalam pameran “Die Sammlung des Palastes von Badung” di Galery Fahrenhorst, Hemeln, Jerman. Dua lukisannya terjual di acara itu.
2002: Dunia seni di Bali mendadak sepi, terkena imbas peristiwa bom Bali I. Dengan uang pas-pasan Iman memberanikan diri menyewa tempat selama setahun di Sanur untuk dijadikan galeri bernama Ritma Art Studio. Galeri didatangi tamu yang ingin melihat dan mengoleksi karya, sehingga dari yang setahun sebagai langkah awal, akhirnya dapat bertahan selama delapan tahun.
2018: Memprakarsai berdirinya Kaktus Art Space di Jl. Mertasari No.8, Sanur, Denpasar.
Judul karya:
- Berburu Ikan (2017)
- Menatap Harapan (2007)
- Selling Fish (2007)
- Full Moon (2017)
Perupa dikagumi:
- Affandi
- Nyoman Gunarsa
- Van Gogh
- Roesli Hakim
Kolektor
Widy Tarmizi
Oka Mahendra
Peter Van Hien, Belanda
Volker Neumann, Jerman
BW Ibsen, Denmark
Cush-Cush Galery
***
Dimuat di sarasvati.co.id, 28 Mei 2018