Gereja Katedral St. Petrus, Bandung

Gereja Katedral St Petrus Bandung
Gereja Katedral St Petrus Bandung. (Foto: Silvia Galikano, 2017)

Gereja Katedral St. Petrus, Bandung
Jalan Merdeka, Babakanciamis, Sumurbandung, Bandung.

Dirancang Wolff Schoemaker, Gereja Katedral St Petrus menjadi tengara Bandung dan kemudian ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Pada 1878, Bandung adalah ibukota Karesidenan Priangan yang cukup ramai, tapi belum memiliki pelayanan umat Katolik sendiri. Untuk melayani umat, pastor didatangkan dari stasi terdekat, yaitu Cirebon yang berada di bawah Vikariat Apostolik Batavia.

Baca juga Napak Tilas ke SD Fransiskus Padangpanjang

Ketika jalur kereta api Batavia – Bandung dibuka pada tahun 1884 dan transportasi menjadi lebih mudah, pelayanan umat secara tetap di Bandung segera dipersiapkan.

Dibangunlah gereja pertama yang berukuran hanya 8 x 21 meter persegi dilengkapi sebuah pastoran di Schoolweg (kini Jalan Merdeka), berdekatan dengan gudang kopi milik Pemerintah Kolonial Belanda. Gereja ini diberi nama St. Franciscus Regis dan diberkati oleh Mgr. W. Staal pada 16 Juni 1895.

Pada 1 April 1906, Bandung memperoleh status Gemeente (setingkat kotamadya), sehingga berhak menyelenggarakan pengelolaan kota sendiri.

Sejak saat itu, Kota Bandung mulai berbenah, antara lain dengan melaksanakan pengembangan permukiman kota untuk warga Belanda dan pembangunan kawasan pusat pemerintahan kotamadya (civic centre) berupa Gedung Balaikota berikut sebuah taman (kemudian disebut Pieterspark) tepat di lokasi bekas gudang kopi.

Baca juga Warisan Ternama di Pecinan Jakarta

Melengkapi civic centre ini, kelak dibangun berbagai bangunan publik di sekitar balaikota, seperti sekolah, bank, kantor polisi, dan gereja, baik untuk umat Katolik maupun Protestan.

Pada 13 Februari 1907, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk memisahkan Priangan, termasuk Kota Bandung, secara administratif dari Distrik Cirebon.

Kota Bandung ditentukan sebagai sebuah stasi baru di Jawa Barat yang dipimpin Pastor J. Timmers dari Cirebon yang sudah empat tahun menetap di Bandung.

Baca juga Bukan Tabu, ‘Ave Maryam’ Adalah Kemuliaan

Dalam penyelenggaraan gereja selama empat tahun berikutnya ternyata jumlah jemaat semakin bertambah hingga mencapai 280 orang pada Perayaan Ekaristi. Saat itu, jumlah umat Katolik di Bandung telah mencapai 1800 orang.

Gereja Katedral St Petrus Bandung
Gereja Katolik, Bandung, sebelum 1933. (Dok. KITLV)

Maka Gereja St. Franciscus Regis pun diperluas karena tidak cukup lagi menampung jemaat yang semakin banyak. Setelah melalui beberapa alternatif dipilihlah sebuah lahan bekas peternakan di sebelah timur Gereja St. Franciscus Regis, di Merpikaweg (kini jalan Merdeka), sebagai lokasi gereja baru.

Gereja dan pastoran yang lama, Gereja St. Franciscus Regis, dijadikan gedung Perkumpulan Sosial Katolik.

Baca juga Kota Apung, Masa Depan Kita?

Perancang untuk gereja baru ini adalah Ir. C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda.

Pembangunannya dilaksanakan sepanjang tahun 1921. Setelah selesai, gereja tersebut diberkati oleh Mgr. Luypen pada 19 Februari 1922, dan dipersembahkan kepada Santo Petrus, yang merupakan nama permandian dari Pastor P.J.W. Muller, SJ.

Sebuah plakat batu berbahasa Belanda menerangkan hal itu:

Untuk kemuliaan Nama Tuhan yang lebih besar,
gereja ini diberkati atas nama Santo Petrus oleh Uskup E.S. Luypen
pada Minggu, 19 Februari 1922
P.J.W. Muller, S.J., Pastor.
C.P. Wolff Schoemaker, Arsitek.
M. Kunst, Ahli Bangunan.

Baca juga Karibnya Gereja dan Masyarakat Porelea

Pada hari itu juga, Mgr. Luypen meresmikan & memberkati Pastoran Santo Petrus, yang saat itu termasuk Vikariat Batavia.

Gereja St Petrus berlanggam Neogothic akhir. Luasnya 785 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 2.385 meter persegi. Dilihat dari atas, bentuk bangunannya menyerupai salib.

Dua tahun kemudian, diresmikan pendirian sebuah gedung sekolah Katolik untuk putra dengan nama St. Berchmans di Javastraat (sekarang Jalan Jawa), tepat di sebelah Timur Gereja St. Petrus. Sekarang bangunan sekolah itu digunakan oleh SD St. Yusup II.

Baca juga Pekerjaan Besar untuk Puri Cikini

Beberapa tahun kemudian rel kereta api dibangun di sebelah selatan kompleks Gereja St. Petrus yang suara derunya terdengar sampai ke dalam gereja.

Gereja Katedral ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada 2009.

***

Sumber: https://katedralbandung.org/profil/sejarah/

Foto-foto diambil pada 7 Januari 2017.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.