Nh Dini dan Lekatnya Narasi Perselingkuhan

simfoni untuk dini, nh dini, setahun wafatnya nh dini
Poster “Simfoni untuk Dini”, acara mengenang setahun wafatnya Nh Dini.

 

Mengenang setahun wafatnya Nh Dini (29 Februari 1939 – 4 Desember 2018)

Oleh Silvia Galikano

Bukan sekali-dua dalam diskusi sastra menyoal karya-karya Nh Dini, mengemuka isu tentang sikap karakter rekaannya yang menerabas adat istiadat. Dan selalu ini dikaitkan dengan Dini sebagai orang Jawa yang diidentikkan ketat dalam hal pergaulan, patuh terhadap resam (adat, kebiasaan, aturan) Jawa. Terlebih bagi perempuan.

Baca juga Tertambat Hati pada Nh Dini

Demikian terus menerus, mengaitkan identitas Nh Dini dengan sikapnya yang terbuka terhadap hubungan seks di luar pernikahan serta sikap-sikap pemberontakan lainnya ditanyakan, dipertanyakan, didiskusikan, hingga dijadikan tema karya tulis ilmiah.

Mari ambil contoh karakter Rina di La Barka (1975), Hilda di Istri Konsul (1989), dan Sri di Pada Sebuah Kapal (1972). Untuk menyegarkan ingatan, berikut garis besar cerita-ceritanya.

Di La Barka, Rina yang sedang dalam proses perceraian dengan suaminya, jadi tamu Monique di La Barka, rumah peristirahatan di Prancis Selatan. Rina membawa putri kecilnya. Datang juga kawan mereka, Christine bersama anaknya yang mahasiswa, Robert. Rina dan Robert, dua orang dengan usia terpaut jauh, terlibat asmara di La Barka.

Baca juga Pertemuan yang Tertunda

Tokoh Hilda di Istri Konsul adalah istri dari konsul Prancis di Tiongkok yang punya hobi baru, madat. Hari-hari luangnya digunakan untuk bergumul dengan gumpalan-gumpalan asap candu. Kedatangan Bruno, anak suaminya dari perkawinan terdahulu, yang kini menjadi pemuda tegap, menghadirkan kecerahan kembali dalam hari-hari Hilda.

Kini ke tokoh Sri dalam Pada Sebuah Kapal yang bersuamikan diplomat Prancis berkarakter kasar. Setelah memperoleh seorang putri, perkawinan mereka hambar. Sri menemukan kelembutan dan kehangatan dari Michel, kapten kapal yang dikenalnya sewaktu bersama putrinya berlayar dari Saigon ke Marseille. Rumah tangga Michel dan Nicole juga sedang bermasalah.

Berbeda dari tiga cerita tersebut, ada Hiroko di Namaku Hiroko (1977) dengan kasusnya tersendiri. Perempuan mandiri dan sukses dalam karier ini bukan berselingkuh dari perkawinan, melainkan memutuskan tidak menikah dan bahagia jadi perempuan simpanan suami sahabatnya.

Baca juga Sekayu Sekali Lagi

Yu Saijem

nh dini, langit dan bumi sahabat kami
“Langit dan Bumi Sahabat Kami”, salah satu seri Cerita Kenangan karya Nh Dini. (Foto: Silvia Galikano, 2019)

Jika ditelusuri ke belakang, dari mana asal mula sikap Dini menuliskan karakter perempuan, rekaan maupun penghargaannya atas perempuan yang dia kenal, yang tanpa takut menerabas kebiasaan orang-orang di sekitarnya, maka kita akan jumpai perempuan bernama Yu Saijem di Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979).

Perempuan bertubuh sintal itu bersama suaminya, Kang Marjo, menempati satu kamar di rumah orangtua Dini di Kampung Sekayu, Semarang, pada awal Kemerdekaan. Dari cerita Yu Saijem ini Dini mendapat pengetahuan baru tentang apa yang sebenarnya terjadi di atas ranjang suami-istri.

Yu Saijem menjelaskannya menggunakan kalimat-kalimat sederhana  tanpa basa-basi, langsung dan terang, tanpa ditutup-tutupi dengan istilah halus atau samaran. Saat itu usia Dini baru 10 tahun. Sekolah dasar pun belum tamat.

Yu Saijem pandai bergaul dan sumeh. Setiap sore selepas asar dia pergi mandi ke kali di dekat Jalan Bodjong ditemani Dini. Selesai mandi, Yu Saijem duduk di tepi kali untuk mencuci baju. Dini menunggu sambil berenang-renang atau bermain di tepian.

Baca juga Dini, Sepupu yang Keras Hati

Dengan jarit setinggi dada yang basah kuyup melekat, mengisi setiap lekuk tubuhnya, entah datang dari mana, ada saja laki-laki yang sliwar-sliwer dan menyapa ramah Yu Saijem. Seorang bapak sampai tiga kali bolak-balik mengusung air dengan mengambil tempat di dekat Yu Saijem. Dan seorang tauke pemilik toko di Jalan Bodjong sudi mengambil sendiri air ke kali buat mencuci sepeda motornya, padahal ada karyawan yang siap sedia dimintai tolong.

Pecah Agresi Militer. Kang Marjo ditangkap Belanda dan ditahan dalam waktu yang tidak diketahui. Sejak itu Dini menjadi sering melihat Yu Saijem bersama laki-laki yang selalu berganti-ganti, entah itu di tepi jalan, di atas becak, atau dibonceng tauke pemilik toko di Jalan Bodjong. Pernah juga mobil menepi saat Dini berjalan kaki. Kepala Yu Saijem menyembul dari jendela mobil menawarkan tumpangan sekalian pulang. Laki-laki tampan yang duduk di sampingnya.

Baca juga Nh Dini tentang Nh Dini

Penuh keingintahuan, Dini bertanya siapa saja laki-laki yang bersama Yu Saijem. Dijawab, mereka teman-temannya yang bersedia membayar untuk satu-dua jam di dalam kamar melakukan hal seperti yang pernah dia ceritakan ke Dini, lalu mengantarkan pulang atau mengganti uang becak. Jawaban ini mengundang pertanyaan baru, “Tapi mereka bukan suamimu. Suamimu kan Kang Marjo.”

“Suamiku Kang Marjo, betul. Tapi dia di penjara! Dan aku perlu uang buat makan, buat mengirimkan makanan kepada dia di penjara. Aku tidak mempunyai kepandaian sesuatu pun. Tidak bisa bekerja apa-apa. Daripada mencuri, lebih baik tidur dengan laki-laki lain yang mau membayar.”

Tak dibantah, sikap Yu Saijem—juga Rina, Hilda, Sri, dan Hiroko, tak bersesuai dengan norma manapun. Dini, sang pengarang, pun menganggap berselingkuh itu ya berselingkuh. Perbuatan salah. Tapi dia tak membuat penghakiman atas keputusan tersebut, melainkan sekadar memaparkan latar belakang agar pembaca paham bahwa keputusan si perempuan bukan bertolak dari ruang kosong. Bahwa perselingkuhan, atau dalam kasus Yu Saijem adalah pelacuran, tak pernah berdiri sendiri.

Baca juga Misinya Menulis

Dini menyisipkan satu paragraf sendiri tentang hal ini di Langit dan Bumi Sahabat Kami:

Bagaimanapun, Yu Saijem bagiku merupakan pokok pertama yang menarik pengamatanku akan segi lain dari kenyataan hidup. Sebagai manusia dan sebagai perempuan. Kehadirannya tidak bisa kulupakan. Karena tanpa sadar dia telah turut membentuk anggapan serta pandanganku terhadap kehidupan pada umumnya. Daripadanyalah aku di kemudian hari memiliki pikiran panjang dalam menentukan pendapat mengapa seseorang berbuat atau bersikap begini atau begitu. Semua ada sebabnya. Dan semua manusia memiliki sebab yang berbeda. (h.129)

Kehadiran Maurice

Hingga kemudian di Kemayoran (2000), Dini membuka cerita pribadi tentang hubungan seksnya sebelum menikah dengan Yves Coffin yang dia lakukan dengan penuh kesadaran. Laki-laki Prancis ini sudah menunjukkan kesungguhan akan hubungan mereka dengan memberikan cincin warisan neneknya, sudah mengenalkan Dini ke orang-orang kedutaan Prancis di Jakarta, juga sudah mengenal paman Dini, Iman Sudjahri.

nh dini
Dini bersama Lintang (kanan) dan Padang. (Foto: Yves Coffin)

Namun hanya beberapa bulan sesudah menikah, Dini ketahui Yves ternyata suami yang kasar bin pelit (Jepun Negerinya Hiroko, 2005). Yves, yang diplomat Prancis di Kobe, memprotes Dini yang tidak bergaul dengan nyonya-nyonya Prancis, melainkan hanya dengan teman-teman Jepang. Dini diam saja, tak membantah, tak bersuara bahwa uang belanja dari suaminya tidak cukup dibawa ngopi-ngopi di hotel seperti kebiasaan nyonya-nyonya Prancis.

Baca juga Lintang: Tawa Ibu Paling Saya Rindukan

Sampai bertahun-tahun berikutnya, Dini hanya menerima uang belanja bulanan sebesar 50 francs, sepertiga uang saku Lintang yang siswi SMP. Bahkan untuk pulang ke Indonesia menengok ibunya yang sakit pun Yves tak mengizinkan. Tak memberi uang, lebih tepatnya. Dini tak pernah tahu berapa gaji Yves.

Yves pun sok mesra ke Dini, memuji masakan Dini, hanya saat menjamu kolega. Selebihnya, Yves kerap berkata-kata kasar dan meremehkan pekerjaan Dini sebagai penulis yang disebutnya tak berkontribusi apapun pada anggaran rumah tangga.

nh dini, marie claire lintang, pierre louis padang
Nh Dini bersama Lintang dan Padang. (Dok. Sinar Harapan 7 November 1978)

Tabiat yang tak pernah bisa dikira, ditambah dengan perselingkuhan suaminya dengan perempuan lain membuat Dini tak lagi punya kedekatan batin dengan Yves.

Di tengah kekeringan hati inilah Dini mengenal Maurice, kapten kapal dalam perjalanan laut selama dua pekan dari Marseille ke Saigon berdua Lintang di masa prasekolah. Maurice juga sedang bermasalah dengan rumah tangganya. Cerita manis Dini dan Maurice termuat berturut-turut di Dari Parangakik ke Kampuchea (2003), Dari Fontenay ke Magallianes (2005), dan La Grande Borne (2007).

Baca juga Nh Dini yang (Akhirnya) Gue Kenal

Mudah kita simpulkan, penggalan kisah hidup inilah yang jadi inspirasi utama novel Pada Sebuah Kapal sekaligus menjawab teka-teki lebih dari tiga dasawarsa tentang latar belakang masterpiece Nh Dini itu dan bagaimana kelanjutan asmara keduanya.

Kembali lagi soal selingkuh, saya ingat pada suatu hari di bulan Maret 2008, Dini pernah berujar, ”Saya selingkuh karena suami selingkuh. Dia pikir saya ini apa? Saya menunggu tujuh tahun sampai akhirnya saya selingkuh. Ibaratnya orang tenggelam, badan saya tenggelam sudah sampai dagu. Jadi, bukan tiba-tiba saya selingkuh.”

***

nh dini, profil nh dini, biografi nh dini
Simfoni untuk Dini

Tulisan ini termasuk dalam buku “Simfoni untuk Dini: Mengenang Setahun Wafat Nh Dini” yang diluncurkan di Semarang, 18 Desember 2019.

 

One Reply to “Nh Dini dan Lekatnya Narasi Perselingkuhan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.