Kuatnya Pengaruh Siam di Vat Sisaket

Vat Sisaket
Vat Sisaket di Vientiane, Laos, Mei 2013. (Foto Silvia Galikano)

Selain membangun kembali Hophrakeo, Raja Anouvong membangun vat baru bernama Sisaket. Sekarang menjadi vat tertua dengan bentuk asli di Vientiane, Laos.

Oleh Silvia Galikano

Vat Sisaket berada di jalan Lan Xang dekat Istana Kepresidenan, tengah Kota Vientiane.

Di sini disimpan lebih dari 2000 patung Buddha berbahan keramik dan perak. Selain rumah ibadah, Vat Sisaket juga adalah museum.

Inilah vat/ wat (kuil) tertua di Vientiane yang masih berdiri dan satu-satunya vat di Vientiane yang bertahan dengan bentuk aslinya.

Vat Sisaket dibangun sepanjang 1819—1824 atas perintah Raja Anouvong (Vientiane 1767 – Bangkok 1829) yang bergelar Xaiya Setthathirath V.

Pada 1827-1828, Siam meluluhlantakkan Vientiane dan memaksa sebagian besar rakyatnya mengungsi menyeberangi Sungai Mekong.

Seluruh vat dihancurkan, kecuali Vat Sisaket, yang tetap berfungsi sebagai biara sepanjang abad ke-19 walau kota kehilangan penduduk. Tentara Siam juga menggunakan vat ini sebagai markas dan asrama mereka.

Baru seabad kemudian, pada 1924 dan 1930, Pangeran Phetsarath (1890-1959) pada masa kolonial Prancis merestorasi Vat Sisaket.

Sejumlah struktur Vat Sisaket masih terpelihara dengan baik hingga sekarang, antara lain sim dan kuti.

Sim adalah bagian utama vat, digunakan untuk para biksu. Sim dikelilingi beranda dan kolom/pilar berbaris ganda.

Delapan sema, tulisan yang diukirkan di batu, menjadi penegas batas suci.

Di dinding sim terdapat sejumlah cekungan, yang aslinya berisi ratusan patung Buddha perak, seperti di Sravasti/Savati, kota kuno dan satu dari enam kota besar di India pada masa hidup Buddha Gautama.

Patung-patung perak itu sekarang telah diganti dengan patung berbahan tanah liat berlapis emas. Di setiap patung tersampir selendang dengan enam bunga lotus.

Di antara jendela-jendela, terdapat fragmen mural lebar. Mural tertua di Vientiane itu menggambarkan kisah Pangeran Pookkharabat yang memenangi banyak pertempuran menggunakan kekuatan sihir sebelum menjadi bodhisattva.

Langit-langitnya dihias relief cetakan, mengingatkan pada langit-langit rumah bangsawan (chateaux) di Lembah Loire, Prancis.

Vat Sisaket
Di setiap patung Buddha tersampir selendang dengan enam bunga lotus, 17 Mei 2013. (Foto Silvia Galikano)

Penempatan sim di Sisaket tidak mengikuti tradisi Lao maupun Buddhis sebab menghadap selatan, alih-alih timur, dan tidak paralel dengan arah sungai.

Adanya teras di sekeliling bangunan vat serta atap lima tingkat yang berhias membuat Vat Sisaket memiliki gaya arsitektur Siam/Thai ketimbang gaya Lao.

Bentuk dekorasi ini populer sejak akhir abad ke-18 sebagai arsitektur keagamaan Siam dan baru populer di Lao pada awal abad ke-19. Hal ini dapat dipahami mengingat pendirinya, Chao Anouvong, dibesarkan, dididik, dan selama bertahun-tahun tinggal di Siam sehingga Siam dengan vat-vat indah memberinya banyak inspirasi.

Kuti adalah asrama para biksu dan calon biarawan.

Kuti dibuat dari kayu berlapis tanah liat yang dibangun di atas tonggak kayu khas Lao. Bangunan asli kuti (dari kayu) sudah diganti saat renovasi.

Selain itu, ada pula a ho tai, yakni perpustakaan yang menyimpan teks-teks Buddhis; that atau stupa, untuk meletakkan patung Buddha, belakangan untuk menyimpan abu kepala biksu dan raja; serta cloister, ruang untuk menyimpan patung-patung Buddha.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.