Banyak Cara Mencintai Rio

rio i love you
Cinta dalam aneka bentuk hadir di Rio de Janeiro. Dari yang paling lugu hingga yang paling absurd.

Oleh Silvia Galikano

Judul: Rio, I Love You (Rio, Eu Te Amo)
Genre: Comedy | Drama | Fantasy
Sutradara: Vicente Amorim, Guillermo Arriaga
Skenario: Andrucha Waddington, Mauricio Zacharias
Pemain: Fernanda Montenegro, Eduardo Sterblitch, Regina Casé
Durasi: 110 menit

“Halo, Jesus, Kau berjanji mengabulkan semua permohonan. Aku sudah minta bola bertanda tangan ayah-Mu tapi belum juga Kau berikan.”

Bocah keriting dekil itu kemudian meletakkan kembali gagang telepon, lalu turun dari kotak kayu tempatnya berdiri karena letak telepon umum lebih tinggi dari tubuhnya.

Namanya João (Cauã Antunes), bocah gelandangan sebatang kara di Stasiun Kereta Api Leopoldina, Rio de Janeiro, Brasil. Beberapa hari sebelumnya dia mendapat kertas bertuliskan “Jesus” berikut nomor teleponnya.

João menghubungi nomor itu dari telepon umum di stasiun. Karena terhubung ke kotak pesan (mailbox), dia tinggalkan pesan tentang permintaannya memiliki bola bertandatangan Pele, pesepakbola bergelar Dewa Sepakbola.

Ya, niat João adalah menelepon Yesus Kristus (itu sebabnya João menyebut Sang Dewa sebagai “ayah-Mu”), tapi dia tak tahu nomor telepon yang dia hubungi itu milik Jesus, manusia yang entah tinggal di mana.

Dua aktor Hollywood (Nadine Labaki dan Harvey Keitel), yang sedang jeda syuting di Rio dan berjalan-jalan ke stasiun tergerak menolong João. Diam-diam mereka menghubungi kolega yang kenal Pele.

Dan tak lama, bola sepak baru bertanda tangan Pele sudah ada di tangan João. Hadiah dari Jesus yang dia terima dengan mata berbinar-binar.

Segmen tersebut berjudul O Milagre (bahasa Portugis, keajaiban), disutradarai Nadine Labaki asal Libanon. O Milagre adalah satu dari 10 segmen dalam omnibus Rio, I Love You (Rio, Eu Te Amo), seri ketiga franchise Cities of Love setelah Paris, Je t’aime (2006) dan New York, I Love You (2009).

Rio, I Love You dibintangi sederet aktor dan aktris dari berbagai negara serta melibatkan tujuh sutradara internasional dan tiga sutradara kelas A yang dibawa ke Rio de Janeiro, ibukota Brasil, yang terkenal dengan kecantikan alam, sensualitas, dan kehangatannya.

Sutradara asal Brasil sendiri ada Fernando Meirelles, Carlos Saldanha, Jose Padilha, dan Andrucha Waddington. Sutradara lain yang juga mengisi segmen-segmen film ini adalah Im Sang-soo (Korea), Stephan Elliott (Australia), Paolo Sorrentino (Italia), Guillermo Arriaga (Meksiko), Nadine Labaki (Libanon), dan John Turturro (Amerika).

Sepuluh cerita di tangan para sutradara ini memberikan beragam tafsiran romantis yang inovatif dan blak-blakan tentang beragam faset cinta di Rio.

Landmark kota dijadikan setting banyak segmennya. Jika O Milagre di Stasiun Kereta Api Leopoldina, maka segmen Dona Fulana oleh Waddington berlatar belakang kawasan alun-alun Cinelandia di pusat kota Rio, dan segmen Inútil Paisagem oleh Padilha berlangsung di langit Rio.

Adalah Emmanuel Benbihy yang mengembangkan serial Cities of Love sejak 2000 lewat bendera Ever So Close miliknya, lalu menjual lisensi satu film tentang satu kota. Dia bermaksud mengembangkan gerakan-gerakan dengan platform online yang diangkat dari budaya dan gejala sosial beragam kota, seperti Shanghai, Berlin, Taipei, Mexico City, Rotterdam, New Orleans, Mumbai, Jerusalem, Sydney, dan Tokyo.

John Turturro jadi satu-satunya sutradara Amerika dalam proyek Rio, I Love You. Dia dan Vanessa Paradis bergabung dalam segmen Quando não há Mais Amor yang bercerita tentang pudarnya cinta di hati sebuah pasangan. Kekhasan Turturro yang serbaminimalis tapi dapat mengeksploitasinya secara maksimal nampak di sini.

Pemain hanya dia dan Paradis. Setting hanya di ruang makan. Dibantu sekelebat-sekelebat gambar kilas balik, Turturro memberikan kisah liris dengan dialog menyayat tajam dan ledakan emosi menandai klimaks cerita.

Pada akhirnya kita dibuat jatuh cinta pada Marvelous City ini. Bagian mana yang dicintai, silakan pilih. Rio, I Love You sudah membentangkan setidaknya sepuluh pilihan cara Anda mencintai Rio de Janeiro.

***
Dimuat di Majalah Detik edisi 156, 24-30 November 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.